Posted in

Bapak yang Bolak-Balik

Bapak yang Bolak-Balik
Bapak yang Bolak-Balik

Part I: Tahun 2020.

Aku, Zia, masih duduk di semester lima, baru saja mulai KKN—masa Kuliah Kerja Nyata yang penuh kenangan. Tapi ini bukan KKN biasa. Masa itu adalah masa pandemi. Universitasku melarang keras segala bentuk posko atau menginap. Jadi, sebagai akal-akalan, kami memanfaatkan rumah kosong milik temanku, Yara. Ortu Yara kebetulan punya warteg di luar kota, dan rumah itu ditinggali sendirian olehnya.

Nah, setiap hari, kami ngumpul di situ. Mulai dari briefing kegiatan, makan bareng, sampai rapat kecil-kecilan. Dan di sinilah, cerita tentang Bapak dimulai.


Bapak—begitulah kami menyebutnya. Namanya Arvino. Kami satu fakultas, tapi beda dunia. Aku anak reguler, kuliah pagi-pulang siang. Dia? Kelas karyawan. Penampilannya mencolok. Kulit bersih, rambut licin klimis, gaya berpakaian super rapi, dan selalu wangi. Ya, dia Chindo ganteng pemilik bisnis properti yang punya proyek di mana-mana.

Pas ospek dulu, dia udah mencuri perhatian. Saat BEM minta satu per satu memperkenalkan diri, dia yang langsung ditunjuk karena gayanya too polished buat ukuran mahasiswa. Tapi… ya begitu, ternyata sudah punya istri dan tiga anak.


Balik ke masa KKN. Saat itu aku punya pacar, Dhaniel, cowok Palembang yang pernah ikut rapat bareng kelompok kami. Jadi semua udah tahu aku “punya yang punya”.

Tapi… ternyata Bapak beda. Entah kenapa dia malah makin dekat. Padahal teman-teman kelompokku ada yang lebih cantik, lebih putih, dan available. Tapi dia malah ngechat aku terus. Mulai dari nanya menu makan siang, tempat rapat, sampai pesanan kafe.

“Zi, hari ini kita enaknya makan apa?”
“Mau rapat di mana nih, Zi?”
“Cafe A boleh gak? Tapi kalau kamu maunya di X, yuk di sana aja…”

See also  Titik Koordinat Tahi Lalat

Ya, semua request aku, pasti di-iyain. Beda kalau temanku yang usul, seringnya malah ditolak atau diabaikan. Dia ngikutin seleraku yang agak fancy—dan dia kayak gak keberatan sama sekali.

Aku bingung.

Dari semua perempuan yang bisa dia pilih, kenapa aku? Waktu itu aku gak secantik sekarang. Kulit kuning langsat, badan lumayan berisi (maklum, cewek yang lagi pacaran tuh emang suka gemuk). Tapi… tetap aja dia ngejar. Bahkan pernah bilang:

“Gak apa-apa ko Zi kamu punya pacar. Tapi aku mau jalan sama kamu. Toh dia jauh di Palembang kan?”

Aku cuma bisa senyum kaku. 🙂


Sampai akhirnya, penutupan KKN pun tiba. Intensitas pertemuan kami berakhir. Tapi sebelum bubar, aku sempat jalan bareng dia. Makan, nonton, nemenin meeting. Waktu itu dia bahkan diteleponin terus. Tapi selesai meeting, aku dikasih gift

Aduh.

Iya, aku akui—dia tipeku banget. Ganteng, mapan, dewasa. Cuma minus: suami orang dan beda keyakinan.


Part II: Waktu Berlalu

Setelah jalan terakhir itu, komunikasi kami putus. Aku fokus sama Dhaniel. Kami bahkan tunangan. Aku buang semua kontak cowok, termasuk Arvino, karena Dhaniel super posesif. Bahkan teman cowok pun dia cemburuin.

Bertahun-tahun berlalu.

Sampai suatu malam, tiba-tiba muncul notifikasi.
“Zii, apa kabar?”

Aku kaget.
Masih inget aja? Bahkan inget aku pernah mau nikah sama Dhaniel.

“Gimana Zii? Udah pindah ke Palembang dan nikah sama Dhaniel?”
“Haha, gak jadi Pak. Mungkin belum jodoh.”
“Hmm… mungkin jodoh kamu, aku Zii. Nyatanya aku chat kamu lagi nih.”

Astaga, ini orang…


Part III: Si Bapak Balik Lagi

Karena aku udah gak bisa bales perasaan lama itu, aku tawarkan dia temanku, Dilla. “Kalau bapak mau, aku kenalin sama temenku aja ya. Kalau cocok, ta kasih nomernya.”

See also  Sumur di Tanah Siapa?

Awalnya dia nolak. “Aku maunya ketemu kamu, Zi.”

Tapi akhirnya luluh juga.
“Ya udah, share fotonya.”
klik
“Hmm… oke, mana nomernya?”

Ketemuan pun dijadwalkan. Aku yang nganterin mereka ke Imperial Cafe. Tapi setelah jalan, temenku bilang “Aku pulangnya ikut Bapak ya.”

“Oke, hati-hati ya,” jawabku.

Aku lanjut makan di Solaria bareng ponakan. Tapi nggak lama… mereka balik lagi ke rumahku.

“Lho, ngapain balik lagi?”
“Kata dia mau meeting. Nanti dijemput lagi.”
Oke, fine.

Tapi malamnya… dia gak balik-balik. Temanku nunggu sampe jam 12 malem!

Akhirnya aku chat Arvino.
“Pak, kok bolak-balik gini?”
“Gak cocok aku Zii sama temenmu. Aku maunya kamu aja…”


Photo by Unseen Studio on Unsplash