Di sebuah perkampungan kecil yang tenteram, hiduplah seorang perempuan bernama Ratna. Ratna adalah seorang janda. Suaminya dulu seorang PNS yang sudah lama meninggal dunia, meninggalkan pensiun janda yang membuat Ratna bisa hidup cukup tanpa harus bekerja terlalu keras.
Suatu hari, tetangganya yang bernama Budi, seorang duda, mulai mendekati Ratna. Hubungan mereka tumbuh perlahan, penuh kehangatan. Mereka sering terlihat bercengkerama di teras rumah sambil menyeruput kopi sore. Namun, ada satu hal yang membuat Ratna ragu untuk melangkah lebih jauh: pensiun janda.
Ia tahu, jika ia menikah lagi, maka hak pensiun itu akan hilang. Ratna pun bimbang. Hidup nyaman dengan jaminan pensiun, atau menikah lagi dengan risiko kehilangan hak itu? Kebimbangan itu membuat hubungan mereka berjalan lama tanpa kepastian.
Tapi hati, siapa yang bisa menolak? Akhirnya Ratna memilih untuk menikah dengan Budi, meski harus melepaskan jaminan pensiun yang selama ini menghidupinya. Ia yakin, kebahagiaan tak bisa diukur hanya dengan uang.
Hari-hari awal pernikahan mereka penuh dengan keceriaan. Namun, takdir berkata lain. Tepat setahun setelah pernikahan mereka, Budi meninggal dunia mendadak karena sakit. Ratna kembali menjadi janda, kali ini tanpa pensiun janda dan tanpa suami.
Meski pahit, kisah Ratna menjadi pelajaran bagi banyak orang di kampung itu. Hidup memang penuh pilihan dan risiko. Kadang kita mempertahankan sesuatu, kadang kita harus melepaskan, dan kadang Tuhan memberi ujian yang tak pernah kita duga.
Namun Ratna berkata dengan senyum getir, “Setidaknya aku sempat merasakan kebahagiaan, walau hanya sebentar.”
Photo by Fernanda Nuso on Unsplash