Posted in

Salah Paham di Gang Sukun

Salah Paham di Gang Sukun
Salah Paham di Gang Sukun

Suatu malam di tahun 2021, Raka mendapat kabar mengejutkan dari temannya di kampung.
“Adekmu, Danu, katanya kena grebek polisi,” begitu suara temannya di ujung telepon.

Raka langsung kaget. Ia coba menelpon rumah berkali-kali, tapi tak ada satu pun yang mengangkat. Baru keesokan harinya, ayahnya, Pak Wiryo, bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi.


Danu punya teman bernama Bimo. Anak ini bekerja di sebuah resto di jalur wisata Telaga Arum. Karena motor Bimo sudah lama mati pajaknya, ia takut membawanya di jalan raya. Jadi, setiap hari motornya dititipkan di rumah keluarga Danu, lalu ia berangkat kerja dijemput temannya.

Hari-hari berjalan seperti biasa. Hingga suatu malam, sekitar pukul delapan, suasana rumah sebenarnya tenang. Ibu sudah tidur lelap, Danu sedang nongkrong ngopi bersama kawan-kawannya, dan Pak Wiryo baru saja pulang mengemudi angkutan.

Namun, begitu memasuki gang rumah, Pak Wiryo terkejut. Ia melihat motor Bimo sedang diangkut ke atas mobil bak polisi.
“Apa-apaan ini?” gumamnya.

Tanpa sempat mampir ke rumah, ia langsung menuju kantor polisi terdekat. Tidak lama kemudian, Danu dan Bimo ikut menyusul.


Usut punya usut, ternyata masalah berawal dari dua rumah di gang sebelah, meski berbeda RT.
Ada Pak Darmawan, yang dikenal tetangga dengan sebutan “Thanos” karena wajahnya datar dan jarang senyum. Lalu ada juga Joko, pemuda seumuran Danu, tapi sifatnya kaku, tidak pernah akrab dengan orang-orang sekitar. Karena sering mengadu dan menghasut, warga menjulukinya “Joker”.

Tanpa bicara dulu pada keluarga Danu, Thanos tiba-tiba memotret motor Bimo yang terparkir dan mengirimkannya ke grup WhatsApp RT.
“Jangan-jangan ini motor curian. Platnya mati sudah dua tahun,” tulisnya.

See also  Cahaya yang Padam Tepat Jam Delapan

Tak lama, Joker ikut menimpali,
“Wes, laporkan saja ke polisi biar kapok. Kok berani-beraninya naro barang curian di sini.”

Pak RT, tanpa konfirmasi, akhirnya menelpon polisi. Dan begitulah motor itu akhirnya diangkut.


Sesampainya di lokasi, Pak Wiryo langsung bertanya pada polisi,
“Ini motor bukan curian, Pak. Itu motornya temannya anak saya.”

Tapi Joker malah memotong dengan nada tinggi,
“Jelas saja ke kantor, Pak. Motor colongan kok ditaruh di sini.”

Pak Wiryo yang terkenal berwajah sangar, kulit legam dan berjenggot lebat, sebenarnya sudah hampir hilang kesabaran. Untung ia masih bisa menahan diri. Polisi yang kebetulan kenal baik dengannya mencoba menenangkan.
“Sudahlah, Mbah Wiryo, kita ke kantor saja. Ngopi dulu, sambil ngobrol tenang.”

Lucunya, di rumah, Ibu masih tertidur pulas. Tidak mendengar sedikit pun keributan itu.


Di kantor polisi, suasana menjadi lebih cair. Pak Wiryo menghisap rokok sambil mendengar kronologi dari polisi. Tak lama kemudian, Danu dan Bimo datang membawa lima bungkus nasi bebek entah dari mana idenya. Makanan itu dibagikan ke para polisi yang sedang bertugas.

Setelah klarifikasi panjang lebar, semuanya jelas. Ini hanya salah paham. Polisi hanya menyarankan agar Bimo segera mengurus pajak motornya yang mati. Selesai sudah urusan malam itu.


Keesokan paginya, Pak Wiryo mendatangi rumah Thanos. Bukannya marah, ia justru memberi nasihat.
“Kalau kamu curiga, kenapa nggak tanya dulu ke keluarga saya? Nomor WA saya ada. Anak saya juga ada. Kenapa malah asal ambil keputusan sendiri? Jadi tetangga itu harus rukun, apa-apa dimusyawarahkan dulu.”

Thanos pun akhirnya minta maaf. Namun Joker, si penghasut, tidak pernah merasa bersalah. Sampai sekarang, keluarga Danu kalau berpapasan dengannya memilih untuk tidak menyapa.

See also  Aku Lelaki yang Disakiti oleh Tiga Perempuan yang Mengaku Single, Padahal Sudah Menikah

Cerita salah paham ini akhirnya jadi bahan obrolan hangat di kampung. Semua orang sepakat: urusan sepele bisa jadi runyam kalau hanya mengandalkan prasangka dan kabar lewat grup WhatsApp.


Photo by Agus Karta on Unsplash