Di sebuah kota kecil di tepi sungai, hidup seorang pria bernama Samsuri. Usianya sudah menginjak 57 tahun, seorang pegawai negeri yang dikenal ramah dan ringan tangan. Istrinya, Ratnawati, juga PNS. Mereka menikah puluhan tahun, membesarkan dua anak, dan menunggu masa pensiun yang tinggal menghitung bulan.
Tapi hidup tak selalu lurus seperti jalan aspal.
Entah bagaimana, Samsuri mulai akrab dengan seorang perempuan muda bernama Nayla, yang sering nongkrong di warung kopi dekat kantornya. Nayla bukan perempuan biasa—ia liar, penuh cerita, dan gemar mencari keseruan. Dalam beberapa kesempatan, Samsuri ikut dalam kebiasaan Nayla keliling kota dengan motor bebeknya, kadang bertiga dengan temannya.
Hubungan itu semakin intens, sampai suatu hari kabar tak diinginkan datang: Nayla hamil.
Samsuri panik. Dunia yang tadinya tenang seketika berputar. Nayla menuntut tanggung jawab. “Nikahi aku,” katanya tegas. Tidak ada ruang tawar-menawar.
Ratnawati mengetahui semuanya. Hatinya remuk, tapi ia tidak mau dimadu. “Kalau memang kau ingin dia, kita cukupkan sampai di sini,” ucapnya. Mereka pun bercerai. Rumah yang dulu hangat kini terasa dingin dan sepi.
Tak lama setelah itu, masa pensiun tiba. Ratnawati memilih tinggal bersama anak dan cucunya, hidup damai tanpa gangguan. Sementara Samsuri menikahi Nayla, yang usianya jauh lebih muda. Kehidupan rumah tangga mereka jauh dari kata stabil. Nayla tak bisa menggunakan KB, sehingga tiga tahun berturut-turut, ia melahirkan tiga anak.
Beban ekonomi kian menekan. Uang pensiun Samsuri tak cukup untuk biaya hidup dan sekolah anak-anak. Mau tak mau, ia bekerja serabutan, menjadi kenek bangunan. Di bawah terik matahari, keringatnya bercucuran, otot tuanya bekerja keras memanggul semen dan pasir.
Sementara itu, Nayla tetap aktif mengikuti kelas senam, arisan, dan sibuk dengan kegiatan sosialnya. Rumah dan anak-anak nyaris sepenuhnya menjadi tanggung jawab Samsuri. Kadang, ketika malam tiba dan tubuhnya letih, ia termenung di teras rumah kontrakan kecil mereka.
Ia teringat masa lalu—Ratnawati yang setia, rumah yang damai, dan masa tua yang seharusnya tenang. Kini semua itu hanya kenangan.
Di ujung senja hidupnya, Samsuri belajar satu hal: keputusan yang diambil karena nafsu sesaat bisa mengubah seluruh sisa umur. Dan penyesalan, tak pernah datang di awal.