Teringat seorang teman yang menumpahkan euforianya di Twitter – ketika kantornya memutuskan para pegawainya untuk menggunakan seragam sebagai pakaian kerja. Bisa jadi beberapa orang tak empati yang membaca lalu berkata – dih gitu aja kok senang, receh amat.
Bagi saya, masalah kemaslahatan memilih pakaian kantor tiap pagi, bukanlah masalah recehan. Bayangin saja. Di kantor kita bertemu dengan banyak orang, atasan, klien dan stakeholder. Salah-salah memilih pakaian bisa jadi bahan nyinyiran, seperti :
Eh si anu dari lembaga anu kok outfitnya begitu ya, ga pantes banget. Sakit mata saya ngeliatnya, hiks.
Jadi, yes. Memikirkan mau pakai outfit apa dari senin sampai jumat kog ya rasane mumet sangat. Apalagi bagi saya yang hijaber. Selesai memikirkan baju, mikirin bawahan. Outfit udah beres, eh Jilbab ga ada yang sesuai. *jungkir balik depan lemari
Lucunya dulu, ketika saya bekerja di sebuah Bank BUMN yang mengharuskan pegawainya menggunakan seragam, sedikit banyak saya mendamba bisa ngantor dengan outfit bebas, suka-suka. Kok rasanya keren bisa gonta ganti outfit setiap hari.
Namun setelah bekerja di sebuah lembaga negara yang notabene tanpa seragam, saya malah kliyengan mikirin tiap pagi mau pakai baju apa. Pusing juga tiap bulan tutup mata ngeluarin uang untuk beli baju baru – agar baju yang dipakai ngantor tidak yang itu-itu saja.
Jadi ya, wajar saja jika pepatah rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput rumah sendiri itu terus populer hingga saat ini. Padahal kita tidak tahu, jangan-jangan rumput rumah tetangga adalah rumput imitasi yang warnanya selalu hijau meski tak dipupuk dan dirawat, haha.
Kembali lagi ke outfit ngantor setiap hari. Karena saya tidak mau kecele setiap pagi mau pilih outfit apa untuk hari ini, jadi saya memiliki sejumlah pakaian wajib yang harus ada di wardrobe saya. Tujuannya apa? ya agar mudah untuk di mix and match, atuh.
Tidak juga mentang-mentang saya hijaber, tapi pakaiannya gamis melulu. Apalagi kalau di kantor kita sejatinya dituntut untuk lebih banyak bergerak, ya kan? That’s why saya lebih memilih menggunakan celana panjang daripada rok.
Dus, tanpa hilang kesan syar’i dan kesopanan, berikut adalah jenis celana panjang yang menurut saya wajib ada di wardrobe kita-kita yang bekerja untuk digunakan ngantor sehari-hari.
1.Palazzo
Palazzo adalah kulot? nooo, they are different. Meski serupa, namun Palazzo lebih memiliki model yang lebar dari pinggang hingga ke bawah; sedangkan kulot mengadopsi model A Line, dimana bagian bawahnya tidak selebar celana Palazzo. Sekilas, Palazzo akan terlihat seperti rok, namun mengadopsi model celana.
Palazzo biasanya menggunakan bahan dengan sifat yang ‘jatuh’ semisal katun, satin atau viscose. Untuk outfit ngantor, kita bisa memadu padankan Palazzo dengan atasan yang pendek; seperti Blazer, kemeja atau blouse biasa.
Untuk anda yang senang tampil chic, bisa memadankan Palazzo dengan sweater maupun cardigan.
2.Kulot
Serupa dengan Palazzo, kulot juga dapat dipadankan dengan berbagai outfit atasan kantor yang kamu punya. Bedanya, jika Palazzo sebaiknya dipadankan dengan atasan yang panjangnya maksimal sepanjang pinggul, dengan kulot kamu bisa memadankannya dengan atasan yang agak panjang; misalnya dengan blazer setengah paha atau shirtdress yang panjangnya menyentuh lutut.
Pastikan memiliki kulot dengan warna yang netral seperti hitam, biru donker, krem atau putih. Dijamin ga bakal pusing memadu padankannya dengan warna atasan yang kamu punya!
3.Skinny Pants
Next! adalah skinny pants. Wohoho jangan panik dulu terus mikir :
Apa-apaan kok hijaber disuruh pakai skinny pants ketika ngantor?
Ini saya peruntukkan bagi anda pencinta tunik, seperti saya, hehe. Saya memiliki berbagai macam tunik yang wearable banget untuk dipakai ngantor.
Masalahnya tunik kebanyakan memiliki panjang yang ‘nanggung’. Ada yang selutut, ada yang setengah betis, ada yang sepanjang mata kaki namun dengan belahan samping hingga ke paha.
Jadi is a big no bagi tunik jika dipadankan dengan celana Kulot terlebih Palazzo karena anda akan terlihat tenggelam di dalamnya. Karenanya padukan dengan skinny pants agar anda tetap terlihat elegan dan tetap bebas bergerak meskipun memiliki atasan dengan model yang panjang seperti tunik.
4.Celana Model Pipa
Model celana panjang pipa berbentuk lurus dari pinggul hingga mata kaki, hanya lebar bawahnya tidak selebar kulot. Celana Pipa merupakan model celana ‘penyelamat’ misalkan anda tidak menemukan si Palazzo dan si Kulot di lemari anda.
Celana model pipa dapat dengan baik dipadankan dengan atasan model apa saja, mulai dari blazer, sweater, cardigan hingga tunik sekalipun. Sehingga menurut saya, wajib memiliki celana panjang model ini untuk outfit ke kantor.
Yes itulah ke 4 model celana panjang yang wajib ada di wardrobe saya ketika saya masih ngantor dulu. Sekali lagi saya ingatkeun, untuk jangan lupa memilih warna-warna netral agar celana panjang mudah dipadu padankan dengan warna baju anda.
Jadi, apakah ada di antara teman-teman yang memiliki usul celana panjang dengan model yang lain? kalau ada boleh ditambahkan di komentar ya 🙂