Cara Mencairkan Reksadana. Jangan letakkan semua telur di keranjang yang sama. Teman-teman pasti sudah sangat familiar dengan istilah ini karena sering dikaitkan dengan cara berinvestasi.
Saya dan suami juga concern dengan istilah ini. Jadi kami pun memilah-milah investasi ke beberapa instrumen, agar tidak semua berada di satu ‘keranjang’ yang sama. Maklumlah secara uang kami terbatas, kebayang kan ya kalau misalnya si ‘keranjang’ ini jatuh lalu investasi kami ‘hancur’ semua. Ngebayanginnya aja ngeri jadi jangan sampai kejadian.
Saat ini, kami berinvestasi mulai dari emas yang katanya hanya sebagai pelindung nilai; namun tetap jadi favorit karena sifatnya yang safe haven, obligasi, hingga ke Reksadana. Tinggal saham yang belum dicobain nih, masih dipelajarin dulu :p
Saya sendiri sebisa mungkin tidak menyimpan terlalu banyak uang di tabungan. Jadi tabungan saya gunakan untuk menyimpan dana yang benar-benar liquid, seperti uang belanja misalnya. 🙂
Meskipun saya memang menabung di beberapa bank (untuk kemaslahatan free biaya transfer), tapi untuk urusan investasi pilihan saya jatuh di satu bank saja yaitu BNI. Kenapa BNI? karena saya maunya ringkes.
Waktu masih bekerja, rekening gaji saya memang di BNI. Jadilah akhirnya segala Obligasi, Sukuk hingga Reksadana saya proses di BNI biar mudah birokrasinya, dan hemat waktu juga 🙂
Baca juga : Pengalaman Membeli Sukuk Tabungan via Internet Banking BNI
Macam-macam Reksadana
Sejenak mengulang informasi, bahwa Reksadana merupakan kumpulan dana dari investor yang dikelola secara kolektif oleh Manajer Investasi. Underlying assetnya adalah berbagai instrumen yang ada di pasar modal.
Di Indonesia secara umum kita mengenal beberapa macam-macam Reksadana seperti Reksadana Pasar Uang, Pendapatan Tetap, Campuran, dan saham.
Mereka dibedakan oleh underlying assetnya. Seperti Reksadana Pasar Uang yang 100% underlying assetnya terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito Berjangka, dan Obligasi yang jatuh temponya dibawah satu tahun. Di dalam dunia investasi, imbal balik hasil biasanya berbanding lurus dengan jangka waktu. Semakin lama jangka waktu yang kita ambil, maka hasil investasinya semakin besar.
Karena RDPU adalah reksadana yang mengambil underlying asset dibawah satu tahun, maka imbal balik hasilnya mungkin tidak setinggi jenis reksadana lainnya. Tapi dibalik itu, risiko RDPU lebih rendah jika dibandingkan dengan reksadana lainnya.
Reksadana Pendapatan Tetap adalah reksadana yang underlying assetnya memberikan pendapatan yang tetap. Dalam hal ini 80% terdiri dari obligasi dan sisanya produk pasar uang lainnya. Selanjutnya adalah Reksadana Campuran yang asetnya terdiri dari obligasi, pasar uang serta saham. Sedangkan yang terakhir Reksadana Saham, seperti namanya adalah reksadana yang asetnya terdiri dari saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Dari keempatnya, kita ga bisa seenaknya aja memilih reksadana dengan cara cap cip cup belalang kuncup. Teman-teman bisa melakukan cek profil risiko dulu agar mendapatkan instrumen reksadana yang sesuai dengan kepribadian kita.
Terus, kayag apa sih profil risiko tersebut? lanjut bacanya untuk tahu lebih banyak, yuk!
Dari Reksadana Saham ke Pasar Uang
Ketika membuka reksadana di BNI, saya dan suami terlebih dahulu diberikan semacam kuesioner yang menunjukkan profil resiko kami terhadap Investasi. Hasil profil resiko ini nantinya menjadi dasar bagi Relationship Manager untuk menyarankan instrumen investasi yang cocok dengan profil kami, yaitu :
-
Konservatif
Adalah tipe investor yang merasa lebih aman dengan instrumen investasi yang persentase hasilnya sudah diketahui sebelumnya. Contohnya semacam deposito. Investor tipe ini juga cenderung menghindari instrumen investasi dengan tingkat resiko yang tinggi seperti Saham. Jadi cocoknya apa? bisa ke Reksadana Pendapatan Tetap, dan Reksadana Pasar Uang.
-
Moderat
Moderat adalah tipe investor yang sifatnya setengah-setengah. Maunya main aman, tapi ingin hasil yang memuaskan. Jadilah mereka cenderung membagi investasinya sebagian ke instrumen yang aman dan sebagian lagi ke instrumen yang beresiko tinggi. Moderat bisa mengambil Reksadana Campuran.
-
Agresif
Adalah tipe investor yang berani mengambil instrumen investasi dengan resiko yang tinggi. Karena pada prinsipnya mereka menganut paham high risk high return, semakin tinggi resiko hasilnya makin banyak. Reksadana Saham cocok untuk profil resiko ini.
Lalu kami ada di profil resiko yang manakah?
Nah, setelah mengisi kuesioner tersebut, hasilnya diketahui bahwa kecenderungan berinvestasi kami adalah pada profil Agresif. Jadi ya maunya yang hasilnya banyak meskipun resikonya juga besar. Hahaha. Jadilah lima tahun yang lalu, kami memilih Reksadana Saham. Lalu setelah 5 tahun gimana hasilnya?
Setelah 5 Tahun Berlalu
Lima tahun berlalu, bagi hasil reksadana saham cukup memuaskan. Jadi ketika dulu buka reksadana, setoran awal 5juta dan per bulan di top up sebanyak 500 ribu. 5 tahun kemudian kami bisa dapat sekitar 42 juta.
Ga begitu banyak ya? Ya iyalah kan saham berfluktuasi. Sialnya lagi per tahun 2018 itu reksadana saham memang lagi terpuruk, jadi kinerjanya kurang memuaskan. Mungkin juga karena kami mengambil reksadana yang NAB nya sudah lumayan tinggi jadi untuk naik lagi persentasenya kecil.
Nah setelah 5 tahun, suami berfikir untuk beralih ke jenis reksadana yang lain, yaitu Reksadana Pasar Uang. Alasannya supaya lebih aman daripada Reksadana Saham. Dan juga karena melihat kinerja Reksadana per 2018 kemarin, Reksadana Pasar Uang ini memiliki kinerja yang cukup baik dan cenderung stabil. Dilansir dari Kompas, Reksadana Pasar Uang di tahun 2019 ini diperkirakan bisa memberikan imbal hasil sekitar 5% – 6%.
Ini berarti tetep ya sebenernya, kami melihat returnnya. Bukan karena mempertimbangkan resikonya. Hahaha
Lalu bagaimana caranya memindahkan reksadana saham ke reksadana pasar uang?
Mencairkan Reksadana di BNI
Cara Mencairkan Reksadana.
Pertama harus datang ke BNI Emerald di tempat kita membuka reksadana. Jangan lupa bawa buku tabungan dan KTP.
Terus silahkan bilang ke RM kalau kita mau mencairkan reksadana, atau mengubah ke reksadana jenis lain. Which is kalau mau pindah ke reksadana jenis lain, reksadana yang sekarang harus dicairin dulu baru buka rekening yang baru, gitu ya.
Setelah itu RM akan membantu mengecek dan menjual reksadana kita melalui sistem.
Kemudian kita akan diberikan surat pernyataan dan tandatangan di atas materai.
Setelah proses pencairan reksadana selesai diproses, kita diminta menunggu 3 hingga 7 hari kerja sampai uang reksadana masuk ke rekening tabungan kita.
Untuk menghemat waktu, kami langsung membuka rekening reksadana pasar uang hari itu juga untuk nantinya memindahkan semua dana yang ada di reksadana saham ke reksadana yang baru.
Selesai.
Mudah ya?
Kenapa Reksadana?
Pertimbangan orang beda-beda ya. Kalau kami memanfaatkan reksadana untuk investasi jangka panjang, terutama untuk pendidikan anak-anak. Jadi dana pendidikan mereka kami simpan di reksadana sejumlah jumlah anak, untuk seterusnya disimpan dan diambil suatu hari nanti untuk kepentingan pendidikan mereka.
Reksadana ini sifatnya memang tidak fleksibel seperti halnya tabungan yang bisa diambil kapan saja lewat ATM. Tapi tidak sekaku obligasi atau deposito juga yang harus menunggu jatuh tempo baru boleh diambil.
Ketika kita perlu uang di reksadana untuk sekolah anak misalnya, kita bisa mengambil uang reksadana sebagian saja, lalu selebihnya diinvestasikan lagi. Pencairannya pun nggak lama, hanya 3 hingga 7 hari kerja saja.
Jadi gimana? tertarik untuk investasi di Reksadana juga? atau udah mantep nih investasinya di Reksadana? boleh sharing di komentar yuk! 🙂
2 Komentar. Leave new
[…] Baca ini juga dong : Cara Mencairkan Reksadana […]
[…] Cara Mencairkan Reksadana […]