Review Ex Machina (2015). Terkadang saya ga ngerti apa yg bikin sebuah film nilainya tinggi di rotten. Konon katanya, rating sebuah film bisa tinggi karena dinilai layak oleh kritisi film. Seperti Ex Machina.
Nilainya sampai 91% di rotten bikin saya tergiur buat nonton dan kepingin tau bgt apa yg kritisi film suka dari film ini.
Alur cerita?
Cinematografi?
Artis dan aktornya?
Atau apa?
Saya ceritain dulu garis besarnya ya.
Jadi Ex Machina ini adalah film thriller sci-fi bercerita tentang seorang anak muda namanya Caleb yang bekerja sebagai programmer di salah satu perusahaan search engine ternama di dunia, bernama Bluebook.
Bluebook ini kurang lebih ngingetin saya akan Google. Jadi blue book semacam Google.
Nah suatu hari si Caleb ini menang lottery yg berhadiah bisa mengunjungi rumah sang pemilik Bluebook, yang bernama Nathan, selama seminggu. Jadi pergilah si Caleb ke rumahnya Nathan sebagai hadiah lottery acak di kantornya.
Tapi yang saya ga abis pikir itu sebenernya si Caleb dapet lotere apa dapet hukuman sik? Liburan kog ngabisin waktu di rumah atasan… Liburan macam apa. Kecuali kalau rumah si bos kayag Dufan. Itu juga males kalau sampe semingguan. abaikan
Nah ya ternyata rumahnya si Nathan ini jauh jauh lebih jauh dari negara far far away tempat Shrek dan Putri Viona tinggal.
Si caleb kesana naek helikopter yg ketika dia nanya sama pilotnya ‘kapan kita keluar dari negara bagian ini bos?’ terus dijawab sama pilotnya ‘kita udah keluar negara bagian ini dua jam yg lalu bro’ mampus kata Caleb ini rumah orang apa gunung merapi, jauh amat dari kota.
Nah ketika sampe di rumah Nathan baru tau lah si Caleb kalau Nathan ini sebenernya bos search engine media sosial namun anti sosial. Di rumahnya ga ada siapa siapa kecuali pelayan namanya kyoko.
Ternyata eh ternyata si Caleb disuruh sama Nathan ke rumahnya itu buat melaksanakan Turing Tes (suatu tes untuk menguji program komputer, penemuannya difilmkan dalam The Imitation Game) bagi sebuah artificial inteligent berbentuk cewe, bernama AVA.
dan untuk seterusnya film ini bercerita tentang Caleb dan AVA. Ketika Caleb menguji AVA. Tentang nathan yg nanya nanyain Caleb tentang ujiannya dengan AVA . Tentang AVA yang benci dengan Nathan terus coba pengaruhi Caleb. Tentang AVA yang hampir sempurna sebagai sebuah AI. Tentang AVA yang kemudian menggunakan intelegensia nya hampir seperti manusia: melakukan apa saja untuk bertahan hidup…
Dari segi cerita okelah mungkin ex machina menawarkan sesuatu yg baru. Tapi dari segi sinematografi dan efek-bandingin sama film film baru lainnya-rasanya ga ada yg luar biasa.
Filmnya juga cenderung datar dan suasananya agak suram. Belum lagi endingnya yg nyesekkin bgt (nyesekkin ya bukan nyebelin), bisa bisa bikin kamu mo nangis darah. If you looking for a movie which could entertain you and make you feel better, well I must say that ex machina is out of kind of those.
Meskipun dari awal ceritanya bagus dan bikin penasaran, tapi karena klimaksnya ga kunjung datang, atau ada klimaksnya tapi tetap digambarkan secara datar, saya rasa 91% scoring rating dari Rotten menjadi sedikit berlebihan.
Saya sik ngasih 60% aja dah, ga usah banyak banyak. lah emang saya siapa? Hahahha
Anyway, yg saya suka dari film ini adalah pesan moralnya yang seolah mengatakan.
“Manusia coba coba bikin AI yang semirip mungkin dengan manusia, namun ketika mereka sudah benar benar mirip, manusia ngeri sendiri dengan kemiripan itu. Manusia berkaca bahwa sifat mendasar dari manusia terutama insting untuk bertahan hidup itu ternyata mengerikan. Karena dengan insting itulah manusia bisa berbuat apa saja”
Dan dengan insting itu pulalah sebuah AI bisa berbuat apa saja.
Termasuk bikin akun media sosial macam ini :
Silahkan kenalan gih sama AVA, but Wise opinion, pelajarin dulu bibit bebet dan bobotnya ya, Adios! 😉
2 Komentar. Leave new
Saya jg suka ga sependapat sama rotten
Toss dulu kalau begitu 😀