Tetrafobia, fobia angka 4. Suatu ketika saya dan teman-teman blogger naik lift di sebuah hotel tempat diadakannya pertemuan blogger daerah.
‘lantai berapa acara kita?’ salah satu female blogger bertanya, siap-siap menekan tombol nomor lantai di dinding lift.
‘ehm, di undangannya sih lantai 3’ jawab saya
‘Aneh ya. Hotel ini kenapa tidak ada lantai empatnya? Dari lantai 3 langsung ke 5. Apa yang bikin lift lupa narok angka 4nya? tapi ga mungkin kan ya?’ tanyanya dengan gestures yang kocak, saya tertawa.
‘Rasanya memang kalau ke hotel lantai 4 kebanyakan ga ada neng. Dari lantai 3 pasti langsung ke 5’ saya menjelaskan.
‘Wah kog bisa gitu ya? Pelajaran berhitungnya lulus ga tuh yang bikin lift? hahahahaha’ Kami tertawa bersama
Saya juga teringat jumlah lantai yang ada di Palembang Icon Mall. Sekiranya berjumlah 5 lantai, namun manajemen Mal menuliskan pembagian lantai menjadi Ground, Upper Ground, Lantai 1, Lantai 2, Lantai 3. Sehingga di lift tertulis (G), (UG), (1), (2), (3).
Apakah ini salah satu menghindari penulisan angka 4? bisa jadi.
Lah lalu apa dosa si angka 4 ini sampe gedung-gedung hotel hingga Mal sepertinya ‘enggan’ menuliskan angka 4 di lift; bahkan men-skip-angka ini hingga ia tak eksis di manapun?
Disclaimer : Tetrafobia, Mitos angka 4 dan Fobia angka 4 ini sebenernya asli mitos ya, jadi kita ngobrol ini buat pengetahuan saja, percaya atau ndak dikembalikan ke kepercayaan masing-masing.
Mitos pertama : Bentuknya
Angka 4 itu bentuknya seperti kursi terbalik, sehingga konon penggunaannya dapat membuat kedudukan dan jabatan yang dimiliki akan turun atau jatuh. Atau rejeki juga bisa jatuh. Atau Jodoh juga bisa jatuh. Sukur-sukur mantan yang jatuh ke got *eh
Mitos kedua : Artinya Bagi Jepang, China, Korea dan Taiwan
Dalam bahasa Tionghoa, angka satu dibaca (iy) angka dua (er) angka tiga (san) angka empat (shi). Nah ternyata, pelafalan (shi) ini juga memiliki pelafalan yang sama dengan kata (kematian). Sehingga penggunaannya sangat dihindari oleh hotel, gedung bertingkat, rumah sakit dan pesta pernikahan – karena dianggap sial.
Mitos Ketiga : Mempengaruhi Harga Properti
Konon, bangsa China juga menghindari nomor 4 untuk properti yang dimiliki. Ataupun kalau memiliki properti dengan nomor 4, harganya cenderung lebih rendah daripada properti dengan nomor yang tidak terkandung angka 4.
Jadi hati-hati yang rumahnya angka 4, 14, 24, apalagi 44 – jangan protes kalau harganya ditawar lebih murah dibanding rumah sebelah; sambil ngomel-ngomel rumput tetangga selalu lebih hijau, hihi.
Mitos Ke-Empat : The lucky thirteenth
Bila angka 13 dihindari oleh budaya barat karena dianggap sial, orang China ternyata juga menghindari angka 13 karena terdiri dari angka 1 dan 3.
Lah kepiye kan ga ada angka 4 nya??
Masak sih? coba deh dijumlahin. 1 dan 3 bila dijumlahkan (ujung-ujungnya) juga menjadi angka 4! wakakaka 😀
Nah itulah mitos-mitos yang mendasari tidak adanya angka 4 di sejumlah bangunan tinggi di sekitar kita. Jadi besok-besok udah ga nuduh yang punya gedung ga bisa berhitung lagi dong yaaa karena udah tau mitos yang melatarbelakanginya, hehehe.
Tapi kalau elu sendiri percaya ga Na?
Jujurnya sih ga percaya yaaaa…LHA GIMANA MAU PERCAYA KALAU TANGGAL LAHIR SAYA SENDIRI ITU ADALAH ANGKA 14 ????****@@@####!!! nangis bombay
Terus kalau kamu gimana? percaya ga sama mitos angka 4 ini? 🙂
8 Komentar. Leave new
Gak percayaaaa, kata Pak Haji bisa syirik Kak. Hahaha *terlalu serius* 😛
Sama sih Ta, aku juga ndak percaya, hihi. Buat pengetahuan aja bole 😉
Yoa.. Untuk orang cina, angka 4 dianggap gak menguntungkan. Biasanya jarang dilirik misal nomer hape ada angka 4.
Sekarang ngerti deh kenapa begitu 🙂
hahaha
lucu juga yah, emang kepercayaan itu bagian dari kehidupan
Tiap orang boleh punya kepercayaan masing-masing ya Mas 🙂
Santai saja Mas, karena saya juga ndak percaya ?
gk percaya, tapi maksih infonya