Penyakit difteri yang marak di sejumlah daerah di Indonesia akhir-akhir ini sukses membawa ingatan saya kembali ke bulan Desember di tahun 2015.
Pengalaman Anak Sakit Flu Singapura. Waktu itu Abang (7 yo) sudah seminggu sakit. Suhu badannya panas, ia tak mau makan dan mulutnya sariawan. Saya merawatnya di rumah setelah dokter UGD mengizinkan demikian. Padahal minggu depan kami memiliki jadwal travelling ke Ibukota untuk berlibur.
Alhamdulillah kondisi Abang kemudian kembali sehat dua hari sebelum hari H keberangkatan. Saya dan suami sempat mempertimbangkan untuk batal berangkat karena Abang baru sembuh dari sakitnya, namun ia bersikeras untuk tetap berangkat.
Namanya anak-anak, kasihan juga jika sudah berharap membayangkan liburan di pelupuk mata lalu tiba-tiba harus batal, jadilah kami putuskan untuk tetap berangkat.
Adek (3yo) tampak sehat, mereka berdua bahkan bercanda dan sempat marahan ketika berebut bangku di pesawat. Saya dan Abinya menggeleng. Memang begitulah saudara kandung, jika bertemu jarang berdamai; namun kalau jauh merasa kehilangan, bukan?
Beberapa hari di Jakarta semua baik-baik saja, hingga suatu malam adek tidur dengan suhu badan yang meningkat dan ia rewel sepanjang malam.
Saya dan Suami memberi Adek Parasetamol untuk menurunkan panasnya. Jujur saja sebagai orang tua, ketika anak mengalami sakit saat Travelling, rasanya lebih menyeramkan dari film horor manapun.
Malam itu, setelah minum Parasetamol, suhu badan Adek menurun dan ia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak karena tubuhnya terasa lebih enak. Kami berjanji bahwa kami harus memeriksakan Adek ke dokter terdekat di Jakarta, menampik kenyataan bahwa sesungguhnya kami sedang liburan.
Esoknya, kami datang ke dokter anak di sebuah Rumah Sakit di Pasar Minggu. Waktu kami ke dokter, kondisi adek tidak bisa dikatakan baik. Suhu badannya meski sudah turun namun belum normal, tubuhnya mengalami ruam di sepanjang lengan dan telapak kaki, ia tak mau makan dan minum sama sekali, dan kesadarannya mulai menurun. Saya dan Suami tentu saja merasa stress.
Sebagai Bunda, Ingin rasanya saya menangis saja.
Masuk ke ruangan, dokter kemudian memeriksa tubuh Adek secara menyeluruh lalu memanggil suster untuk pemeriksaan darah. Beberapa puluh menit kemudian hasil cek darah pun keluar, dokter kembali memanggil kami untuk memberikan hasil anamnesanya.
“Pak, Bu, dilihat dari kondisi adek seperti panas tinggi hingga 38 derajat celcius, mulut penuh dengan sariawan dan ruam di tangan dan kaki, adek sepertinya terkena virus Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau yang lebih dikenal dengan Flu Singapura”
Saya dan suami menatap dokter dengan pandangan bingung; mencoba untuk mengerti mengapa ketika liburan ke Jakarta Adek malah bisa sakit Flu Singapura.
Baca ini juga, yuk! Ketika Bayi Sakit Cacar Air
Dilansir dari situs Mediskus yang dijelaskan oleh dr.Ahmad Solihin, Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau yang lebih dikenal dengan nama Flu Singapura merupakan penyakit infeksi virus dengan gejala demam, sakit kepala, flu, tanda khas seperti sariawan di mulut, serta ruam lepuhan pada kulit tangan dan kaki. Dengan fakta sebagai berikut :
- Penyakit HFMD disebabkan Enterovirus dengan jenis Coxsackie Virus A16 dan Enterovirus 71 (EV 71)
- Virus ini menular melalui Kontak Air Liur, lepuhan cacar dari ruam yang mengering dan dari tinja penderita.
- Penderita akan memiliki gejala seperti panas tinggi 38 -39 derajat celcius. ruam di wajah, tangan, kaki. Sariawan di tenggorokan, rongga mulut dan lidah. Pada beberapa anak dapat mengalami gangguan saluran pernapasan.
- Dengan penanganan yang tepat, penyakit ini dapat sembuh dalam 7 hingga 10 hari.
Dokter menjelaskan meski memiliki beberapa gejala khas yang sama, namun pada beberapa anak ada yang mengalami gejala tersebut ada yang tidak – tergantung pada daya tahan tubuhnya. Dalam kasus adek, berikut beberapa hal yang saya perhatikan ketika ia terkena penyakit ini.
- Inkubasi yang cepat
Inkubasi, mungkin sudah terjadi satu hingga tiga hari ketika ia terpapar virus HFMD. Jangan heran ketika sore sebelum sakit, anak masih bermain dengan riang. Namun malamnya, suhu badannya mulai naik 38 hingga 39 derajat celcius.
- Tidak Mau Makan dan Minum
Salah satu ciri khas dari Flu Singapura adalah banyaknya Sariawan yang akan terbentuk di rongga mulut. Dokter bahkan berkata bahwa lidah Adek pun terkena sariawan. Hal ini membuat Adek menjadi tidak mau makan dan minum apapun, dan badannya menjadi lemas.
- Ruam di Tangan dan Kaki
Saya melihat ruam (bintik kemerahan) di telapak kaki, tangan dan tubuh Adek. Saya sempat mengira ruam tersebut adalah campak karena terlihat sangat mirip.
Ketika Dokter memvonis Adek terkena flu Singapura, dokter menawarkan dua option kepada kami, yaitu :
- Adek diopname di Rumah Sakit untuk mengantisipasi kekurangan cairan karena kurang makan dan minum akibat sariawan.
- Adek boleh dirawat di rumah dengan catatan orangtua harus sangat intensif memberikan obat, minuman dan makanan kepada anak.
Pada situasi normal, pasti kami akan memilih option pertama (untuk opname). Namun karena kondisi kami yang sedang liburan – jauh dari rumah sedangkan kami sebisa mungkin harus memisahkan Adek dan Abang karena sifat HFMD yang menular, dengan terpaksa kami mengambil option yang kedua.
Meski rasanya saya seperti ingin punya – pintu kemana saja Doraemon – agar bisa pulang ke Palembang detik itu juga, namun saya tetap menguatkan diri. Ketika berdiskusi dengan Abang, ia pun menyetujui untuk pulang ke Palembang esok hari supaya Adek cepat sembuh dan bisa diajak main lagi. Suami pun mengurus jadwal kepulangan ke Palembang agar dipercepat.
Adek kami rawat di rumah selama sehari di Jakarta, lalu esoknya kami pulang ke Palembang. Sesampainya di Palembang, saya sempat ingin Adek diopname saja. Namun karena Adek menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, akhirnya kami memutuskan untuk merawat Adek di rumah hingga ia benar-benar sembuh hingga 7 hari kemudian.
Biasanya, saya akan bersikeras bahwa perkataan dokter adalah yang paling utama. Maksudnya, jika dokter berkata anak harus diopname maka berarti memang harus diopname. Namun jika dokter memberi anda option untuk anak dapat dirawat di rumah, maka anda bisa melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Jangan Anggap Remeh
Flu Singapura, meski namanya flu namun tidak bisa dianggap remeh. Ketika melihat Adek, saya benar-benar shock bahwa Flu ternyata bisa menyebabkan tubuhnya tidak berdaya seperti itu. Belum lagi sariawan di lidah dan rongga mulut yang membuatnya sulit untuk mengkonsumsi makanan dan minuman apapun. Flu Singapura jelas bukan Flu biasa. Karenanya jika dokter menyarankan untuk anak diopname, maka anak memang perlu diopname.
2. Perhatikan Asupan Makanannya
Jika mulut dan lidahnya terlalu sakit untuk mengkonsumsi makanan padat, anda bisa memberikan si kecil bubur.
Untuk susu atau air putih, berikan sedotan ketika minum untuk mengurangi rasa sakit di rongga mulut karena sariawan. Lakukan SEGALA CARA agar anak mau makan. Bujuklah dengan cara halus, belikan ia mainan atau cara apapun demi ada asupan makanan yang bisa masuk ke tubuhnya. Anak yang menderita HFMD juga disarankan untuk banyak beristirahat dan banyak minum air putih.
3. Pisahkan ia dari Anak-anak lainnya
Virus Flu Singapura dapat mudah menular melalui air liur dan lepuhan yang terjadi ketika ruam mengering. Saya curiga bahwa sebetulnya Abang sebelum berangkat juga menderita Flu Singapura. Namun karena daya tahan tubuhnya lebih kuat, penyakit tersebut tidak membuatnya terkulai lemas seperti halnya yang terjadi kepada adek.
Saya tidak aware bahwa mungkin saja Adek tertular dari Abang, yang memang sakit sebelum kami berangkat. Karenanya, ketika kembali sampai di Palembang saya menempatkan keduanya di kamar terpisah agar Flu Singapura Adek tidak menular kepada Abang. Meski secara medis anak yang sudah pernah terpapar virus ini akan mengalami kekebalan, namun tetap antisipasi tetap harus dilakukan.
Kasus penularan terhadap orang dewasa sangat jarang terhadap penyakit ini, jadi anda hanya perlu memperkuat daya tahan tubuh agar tidak tertular.
4. Rawat anak Secara Intensif
Perhatikan obatnya, jam berapa ia minum obat, sudah berapa kali ia minum obat, perhatikan suhu badannya. Ketika sakit Flu Singapura, Dokter akan memberi beberapa obat seperti obat sariawan dan obat penurun panas.
Untuk obat sariawan, yang diberikan adalah obat tetes. Usahakan untuk membalurkan semua cairan obat ke lidah dan kulit mulut yang terkena sariawan. Ingat tidak boleh makan dan minum selama 30 menit setelah menggunakan obat sariawan.
- Sebelum travelling, pastikan anda membawa obat-obat penting untuk anak seperti Parasetamol, Minyak angin dan obat-obatan lainnya.
- Siapkan baju hangat dan kaus kaki agar anak tidak mudah masuk angin ketika melakukan perjalanan jauh.
- Siapkan dan selalu bawa kartu asuransi kesehatan anda. Jika kartu kesehatan anda tidak berlaku di rumah sakit di kota tempat anda berlibur, anda bisa meminta surat menyurat yang lengkap seperti surat keterangan dokter dan kwitansi agar biaya pengobatan dapat di reimburse kemudian.
- Sebisa mungkin ikuti saran dokter. Jika anak disarankan untuk opname tanpa ada option lainnya, maka anak harus diopname. Tidak masalah menginap di Rumah Sakit kala liburan asalkan anak bisa mendapatkan pertolongan pertama yang dibutuhkan.
- Jika kondisi anak memungkinkan untuk dibawa pulang menggunakan pesawat, maka anda bisa memutuskan untuk pulang lebih cepat dari schedule yang direncanakan. Jangan lupa menyiapkan surat keterangan dari dokter yang memperbolehkan anak terbang sebagai antisipasi jika pihak maskapai meminta.
- Tetap sabar dan berdoa, memang tidak mudah menghadapi anak yang sakit terlebih anda jauh dari rumah; namun ingatlah bahwa anak anda membutuhkan anda, sehingga sebisa mungkin anda harus bisa menjaga diri sendiri agar tidak terlalu stress lalu jatuh sakit.
Baik dalam kondisi sedang travelling ataupun tidak, Bunda pasti merasa sedih ketika menghadapi anak yang sakit. Bunda pasti pernah mendengar seorang ibu berkata ‘biarlah saya saja yang sakit tapi jangan anak saya’
Namun, terkadang kita tak punya kuasa. Cuaca bisa memburuk, virus bisa menyebar dengan cepat, anak bisa jatuh sakit kapan saja tanpa bisa kita cegah. Sebagai Bunda, kita hanya bisa berusaha yang terbaik agar anak tetap sehat dan berdoa agar anak selalu dilimpahkan kesehatan yang paripurna.
20 Komentar. Leave new
Jalan dengan niat liburan eh tapi pas sampe jadi sakit itu emang gak enak banget *pengalaman. Penting banget untuk bawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi. Kalo kayak aku misalnya obat vertigo yang kalau datang gak assalamualaikm dulu hehe, mau cari obat di tempat lain belom tentu cocok. Alhasil, selalu siap kalau traveling 🙂
Betuul aku juga pernah dulu migrain kalau kumat tiba-tiba rasanya suka parno. Tetap sehat omnduut biar bisa banyak travelling tahun depan *aku juga maksudnya, Aamiin! 😀
Wah komplit infonya soal flu singapur. Anakku kena 2x dulu. Kasian memang rasanya ga nyaman krn sariawan
Iya betul mba, sebenarnya sariawannya itu yang bikin anak-anak tersiksa ya. Mudah2an sekali aja kenanya jangan terulang lagi 🙂
mbaaa, aku ngalamin ini saat ngajak anak ke Anyer bbrp minggu lalu. Duh, sedih
alhamdulillah bawa Tempra..
moga nggak kejadian lagi ya, traveling sehat terus semuaa
Wah ya ampun untung bawa Tempra ya, memang harus selalu dikantongin kalau travelling sama anak-anak sih. Semoga adek dan keluarga sehat terus ya mba 🙂
Ngeri juga ya mbak penyakitnya, sampe segitunya. Tapi sekarang sudah sehat kan? semoga kedepannya selalu sehat dan bisa kembali liburan 😀
waha doanya bagus banget 😀 Terima kasih om Rangga atas doanya, semoga terkabul Aamiin 🙂
Wah.. traveling bareng anak emang menyenangkan sekali, ya dijadikan quality time juga karena dalam keseharian biasanya sibuk dengan rutinitas kantor, wajib sedia tempra syrup untuk jaga2 ^^
Betul sekali mba, makanya selalu siap Tempra biar perjalanannya terasa aman 🙂
Betul bgt nih harus bawa tempra. Jgn sampe panik klo ank tiba2 demam pas lg traveling. Mampir blogku jg yuk bun
Iya betul setuju. Salam kenal ya mbak 🙂
Obat-obatan wajib dibawa ya saat traveling baik untuk kita maupun anak-anak. Gak pernah tau kapan sakit menyerang soalnya
Wajib bangeet. Saking wajibnya aku parno kalau bepergian ga bawa obat di tas 😀
Waduuh.. Aku baru denger mba ada flu singapura.. Tahunya flu biasa atau flu burung.. Kasian si dedek ya kalo ngebayangin kena penyakit kayak gitu.. Tapi untung gak lama ya mba sembuhnya.. Makasih infonya mba nina…
Iya ada mbak, dan belum ada vaksinnya. Jadi emak2 patut waspada kalau anak panas tinggi dan ada bintik merah di kulitnya. Tapi semoga dedek selalu sehat yaaa Aamiin ?
Waktu itu si kecil juga pernah flu begini mbak, dengan gejala yang sama tanpa ruam2. Saya nggak fokus lagi cari tahu flu apa, tapi yakin disebut Flu.
syukurnya diberi obat demam langsung hilang, 2 hari sembuh
Alhamdulillah semoga si kecil senantiasa sehat ya ?
[…] Sudah baca ini? Ketika Anak Jatuh Sakit Saat Travelling, Harus Bagaimana? […]
[…] Baca juga : Ketika Anak Jatuh Sakit Saat Travelling, Harus Bagaimana? […]