Menulis itu tidak mudah. Alhamdulillah setelah sekian lama ngeblog, tahun ini cita-cita saya untuk mendapatkan duit jajan dari menulis tercapai!! yattaa!! nyalain kembang api petasan confetti joget hula hula tepuk tangan Meskipun nominalnya sederhana, tapi saya sangat seneng banget.
Ulang ah. Saya suangat sueneng buanget, hehe.
Karena menulis itu lebih sebagai kebutuhan, saya bisa nulis dimana aja kalau tiba-tiba dapet ide. Udah biasa kalau semua pc kantor yang ‘bekasan’ saya pasti ada banyak Microsoft Word Dokumen Tanpa Nama berisi tulisan curhatan ga jelas. Meskipun terkadang kalau nulis saya masih sering kebalik antara subjek predikat objek, tapi tetap lah, saya cinta menulis 🙂
Nah, beberapa bulan terakhir ini, saya menjadi kontributor di salah satu website wisata tentang Palembang – yang dimiliki oleh salah satu travel agent terbesar di Indonesia.
Terikat kontrak, saya harus menulis secara kontinu. Tiap minggu saya harus menyetor setidaknya satu artikel untuk dipublikasikan di website tersebut. Topiknya ga jauh-jauh dari wisata Palembang.
Seneng kah? Banget.
Di awal-awal nulis untuk website tersebut, ide di kepala saya kayag membuncah jiah. Saya mau nulis tentang ini ah. Mau nulis tentang itu ah. Mau nulis ini itu ah. Kayagnya buanyyaakk banget hal menarik tentang Palembang yang bisa saya tulis. Kayagnya ide ga abis-abis.
Tapi saya lupa satu hal : Yang jadi kontributor bukan saya saja.
Saat ini setidaknya ada 14 kontributor aktif, yang setiap minggunya menulis tentang Palembang seperti saya. Dan tahu apa yang terjadi? Seiring waktu, satu persatu ide tulisan yang pernah saya fikirkan, dijadikan topik tulisan oleh rekan-rekan saya. Beberapa rekan malah pernah sama-sama membuat draft tulisan dengan topik yang sama di minggu yang sama pas tenggat waktu yang sama pulak. Jeng-jeng!.
Terus gimana? Berantem? Ya enggak lah. Selepas kejadian ini kami jadi lebih waspada. Kami berinisiatif mengadakan rapat redaksi setidaknya satu kali dalam satu minggu via whatsapp. yah karena statusnya yang rata-rata pegawai, susah cari waktunya buat ngumpul, hehe
Lalu, ketemulah dengan saat-saat seperti ini.
Saat dimana saya akhirnya harus berfikir dengan keras : Mau nulis apa lagi nih saya tentang Palembang? Kalau minggu kemarin saya sudah menulis tentang kuliner, terus minggu ini mau nulis tentang apa? Adat istiadatnya? Kebudayaannya? atau apa?Tapi eh tapi, kalau sebagian besar sudah pernah ditulis oleh rekan-rekan saya yang lain, terus saya nulis tentang apalagi dong?
Bagi saya, ini adalah alarm untuk SEGERA melakukan browsing dan blogwalking mencari ide brillian mengenai tulisan-tulisan wisata yang ditulis di blog atau website yang lain. Dari sini, kalau beruntung, saya bisa menemukan ide tentang tulisan, atau memberi saya sudut pandang lain untuk dijadikan tulisan.
Kalau ga beruntung, saya biasanya keluar rumah. Muter-muter Palembang mencari hal-hal menarik yang bisa saya angkat jadi tulisan.
Wah. Ternyata ga semudah keliatannya ya menulis itu?
Mudah sik kalau nulis blog pribadi, karena kita bisa nulis apa aja dengan gaya gimana aja dengan topik apa aja dengan ejaan apa aja dengan bahasa apa aja *kecuali bahasa kalbu *krik**
Menulis menjadi tidak mudah apabila vendor yang menentukan topiknya.
Dan yang paling susah adalah menentukan IDE tulisan.
Gegara ini, saya jadi banyak belajar. Saya jadi sangat menghargai orang-orang yang bekerja secara kreatif. Bukannya dulu ga menghargai ya, dari dulu sudah menghargai. Cuma saat ini, karena ngerasain sendiri, saya tambah terkesan dengan orang-orang yang memikirkan sesuatu dari otak mereka, mencipta, dan memunculkan ide mereka sendiri, untuk selanjutnya PRODUK dari proses mencipta tersebut dapat dinikmati bahkan bermanfaat bagi orang banyak.
Bukan hanya tulisan, tapi semua hal yang berkaitan dengan proses kreatif, apakah itu lagu, puisi, desain, lukisan, film dls.. dls. dengan sangat berat hati memblacklist DVD bajakan, dan membatin sebisa mungkin ga beli tas kw lagi, hiks
Makanya saya sempet sebel waktu liat di salah satu situs freelance Indonesia ada yang menawarkan pekerjaan menulis dengan membayar Rp15 ribu per Artikel. sigh Jadi esmosi terus langsung melampiaskannyah di twitter
Tapi semau-maunya yang memberi pekerjaan, ini sebenarnya balik lagi ke rekan-rekan penulis dan kontributor rela atau enggak dibayar segitu. Which is menurut saya tiap-tiap orang memiliki harga. Meskipun masih amatir, tapi secara saya orangnya agak pelit dan terkenal itung-itungan, saya punya standar untuk menghargai diri sendiri nih. Which are :
- Menghargai otak yang sudah berfikir keras untuk menulis dengan baik *menulis dengan baik itu butuh usaha loo. Abis nulis biasanya saya baca lagi. Edit. Baca lagi. Edit. Baca lagi. Edit. Edit. Edit. Edit (eh ini mah kebanyakan ngedit ya, maklum kan masih suka kebolak antara Subjek Predikat Objek, hehe) *
- Ataupun kalau ada rekan-rekan yang nulisnya ga pake berfikir keras *saking piawainya menulis* setidaknya menghargai waktu yang sudah dilewatkan untuk menulis *padahal sebenernya bisa nonton master chef atau Mario Teguh atau leyeh leyeh di kasur sama anak misalnya*,
- Menghargai tenaga, jari yang sudah mengetik ratusan hingga ribuan kata *padahal kuku jari barusan dipedikur disalon dibayarin suami*,
- Menghargai listrik PLN yang sudah terpakai *mengabaikan program pemerintah yang berkoar-koar untuk hemat listrik*,
- Menghargai biaya internet yang dihabiskan untuk survei kecil-kecilan *karena nulis ga bisa kasih info yang sembarangan dan ga akurat*
So.. demikianlah prosesnya. Kalau ada yang suka baca tulisan yang bagus-bagus, ternyata proses dibalik menulis itu ga semudah kita membacanya, trus moso iya ada yang tega bayar 15 ribu doang per artikel? *mengelus dada**iya maaf, saya memang perhitungan*
And, it’s a wrap.
Sampai disini saja, tetiba grup whatsapp berbunyi. Rapat redaksi sudah mulai lagi. Doakan kali ini ada ide cemerlang yang bisa diaplikasikan dalam bentuk tulisan.
Semangat! 😀
6 Komentar. Leave new
HOre… asik ya kalau dari hobby bisa dapetin duit
Waahh mbak Non.. semua teorinya Mas Rene CC itu jadi berasa banget buktinya 😀 . Tapi teteup aku belajar nulis terus. Kalau bisa sebagus dan se-ringan tulisan-tulisan di blognya Mbak Non, hehe
Wah, selamat Mbak untuk kesempatannya menjadi kontributor. Semoga bisa selalu kasih ide tulisan yang beda dan segar! 🙂
Aamiin… lalu semedi nyari ide tulisan 😀
Asik nih udah jadi penulis.
Saya sih ogah dibayar cuma 15 ribu gitu mah.
Hahah makanya. Tega banget kan vendor yang nawarin segitu. Suruh aja nulis sendiri, ya? ya?.
Salam kenal Arip 🙂