Review Film The Intern. Perkenalkan Jules Ostin (Anne Hataway). Ia adalah founder sebuah perusahaan fashion e-commerce About The Fit yang sangat kekinian.
Sekilas Jules ngingetin saya ke Sophia Amoruso sang Girlboss yang juga menjadi owner di perusahaan fashion e-commerce-nya Nasty Gal.
Nah, suatu hari si Jules dikasih tau sama bawahannya bahwa Divisi HRD telah mengadakan penerimaan pegawai magang. Diantara pegawai magang tersebut ada penerimaan pegawai magang khusus senior citizen yang berusia 65 tahun ke atas. Ga jelas juga apa benefit dari penerimaan pegawai magang untuk senior citizen ini, yang pasti Jules tidak terkesan dengan hal tersebut.
Adalah Ben Whittaker (Robert de Niro) yang berumur 70 tahun dan mulai jenuh dengan rutinitasnya sebagai seorang pensiunan perusahaan buku telepon. Istrinya telah wafat, anaknya tinggal di luar kota, dan ia sangat merindukan kesibukan dalam kehidupan sehari-harinya.
Suatu ketika, Ben berjodoh dengan pengumuman penerimaan pegawai magang senior citizen di About The Fit. Tanpa ragu, Ben lalu membuat sebuah video lamaran (instead of surat lamaran, keren ya) yang membuat Divisi HRD ATF jatuh cinta lalu memanggilnya untuk diwawancara.
Ketika wawancara , Ben sempat ditanya oleh salah satu staf HRD pertanyaan paling berbobot yg SANGAT RUMIT UNTUK DIJAWAB oleh calon pegawai. Pertanyaan itu adalah :
“Bagaimana sih kamu membayangkan diri kamu 10 tahun ke depan?”
lalu hening.
masih hening.
‘what? you mean me?’ Tanya Ben
‘I am 70 years old!’
‘oke. No more question’ kata staff HRD dengan wajah memerah karena malu.
##
Ben akhirnya diterima menjadi pegawai magang di ATF dan ia gembira. Namun tebak siapa yang jadi mentornya? Yeup. The founder lady herself; Jules Ostin, benar sekali saudara-saudara.
Yang Ben belum tahu, Jules adalah mahmud beranak satu super sibuk yang cenderung judes, efektif, ngomong sama doi harus to the point pun jangan lupa berkedip. Ketika Jules dikasih tau bahwa Ben adalah mentee-nya, doi males banget dan terang-terangan meng-underestimate-kan Ben.
Jules memang agak rasis terhadap umur. Ia menyebut dirinya ‘tidak pandai bergaul dengan orang-orang yang lebih tua’. Karena cenderung rasis umur itulah, Jules lalu menyuruh Ben kembali saja ke mejanya dan menunggu perintah darinya yang sewaktu-waktu akan dikirim lewat email…yang kita tahu kemudian bahwa emailnya ga nongol-nongol.
Tapi Ben adalah seorang yang kreatif, baik hati dan tidak sombong. Sembari nunggu email dari Jules, beliau ringan tangan membantu siaaaapa saja di ATF dan akibatnya, Ben disukai handai taulan rekan kerja sanak saudara sampek doi dijuluki Mr Congeniality oleh orang-orang di ATF 😀
Suatu hari Ben memergoki Sopir pribadi jules minum-minuman keras sebelum nyupirin Jules. Ini membuat Ben tergerak menawarkan diri untuk menggantikan supir tersebut, dan sang supir setuju. Jadilah Ben supir dadakan Jules Ostin, dan meskipun Jules mengawali hal tersebut dengan sinis, toh disitulah Jules dan Ben menjadi kenal lebih baik satu sama lain.
Dan ini mengawali semua hal yang membuat peran mereka berbalik; Jules menjadi mentee dan Ben mentornya.
The Intern adalah film yang maniiis banget.
Bukan hanya ‘just manis’ tapi juga sarat nilai-nilai baik yang bisa diambil. Nilai Leadership, hubungan dengan sesama rekan kerja, hubungan dengan keluarga; bahkan hubungan dengan diri sendiri.
Dari Jules kita lihat kesungguhan, niat yang kuat, kerja keras, kepemimpinan.
Meskipun begitu Jules hanyalah seorang wanita muda dengan tanggung jawab yang luar biasa. Ia gamang menyeimbangkan antara pekerjaan, kehidupan keluarga, hubungan dengan suami dan anaknya, hubungan dengan ibunya, bahkan hubungan dengan sekretarisnya sendiri.
Ia jarang tidur, jarang bermain dengan anak perempuannya, selalu berselisih dengan ibunya, yang lambat laun berakibat pada keseimbangan emosi dirinya sendiri.
Dari Ben kita belajar nilai kebijaksanaan, hubungan antara rekan kerja, sifat rendah hati, dan ketegasan yang didapat dari bertahun-tahun pengalaman hidup. Ia sudah mencapai hal paling penting dalam hidupnya, ia menjalani hidup tanpa beban, dan ia bisa melihat segala sesuatu secara objektif – tanpa terkesan sok tau.
Saya suka cara Ben menempatkan diri di tengah orang-orang yang jauh lebih muda umurnya. Alih-alih bersikap menggurui karena merasa umurnya lebih tua, Ben malah piawai menjadi teman bagi pegawai muda lainnya.
Entah saya saja yang merasa atau memang sengaja, namun secara keseluruhan, film ini terkesan ‘menyentil’ dan mengingatkan saya bahwa jangan belagu jadi orang muda penekanan di kata muda.red.
Belagu karena merasa lebih pintar, lebih sophisticated atau bangga dengan segala teknologi yang kita rasa lebih kita kuasai daripada mereka generasi lanjut.
Bcoz experience never gets old; it gets rotten only.
Jadi jangan meng-underestimate-kan orang-orang yang lebih tua, karena akan ada saatnya dimana kita mendatangi mereka, sambil nangis sesunggukan lalu menyadari bahwa tidak semua pertanyaan dalam hidup dapat dijawab oleh Google.
Period.
Selamat nonton yaaa 😀
16 Komentar. Leave new
Keren banget ya filmnya… 😀
Yg nulis keren ga eh
Keren kok, macam si Jules… *langsungdilempareskrimdaripalembang 😀
lempar pempek kapal selem 😀
Bagus bgt ulasannya mba. meng-encourage kyknya yah…
hunting ahh…mudah2an ada di youtube 😀
Selamat hunting, Abah 🙂
udah nonton seru filmnya belajar dari si kakek
Iya, perannya jadi berbalik ya antara Jules dan Ben 🙂
iya emang tidak boleh meremahkan orang sih
+1 buat Winny 😉
Aku justru suka kalo ada spoilernya Mba Nina huahaha drama korea aja kalo udah setengah jalan ditonton, mesti aku cari sinopsis per-episode. XD mau donlod ah film ini buat tontonan weekend
Ada yang suka spoiler, ada yang ga suka juga Ta. Yang penting udah kasih disclaimer di awal, hehehe
Itu.. ituuu.. ituuu.. Cowok yang di mobil, yg duduk di depan. Itu yang main di pitch perfect bukan sih yuk? Raso-raso familiar
Naaaah maapkela aku belom nonton pitch perfect nunduk nangis kejer :'(
Yaaahhh, aku blum nonton iniiii
kapan2 nyari pilemnya ah 😀
Selamat hunting yaa 😀