Pembicaraan di suatu pagi dengan atasan saya sebenarnya pembicaraan biasa saja. Karena masih pagi, pembicaraan biasanya belum berkaitan dengan pekerjaan, kami bisa saja berkomentar mengenai politik, mengomentari keadaan ekonomi, atau sedikit berkeluh kesah tentang macetnya jalanan yang kami tempuh dari rumah menuju kantor.
Namun entah mengapa cerita pagi ini terus terngiang di benak saya.
“kamu tahu Nina, saya selalu berusaha mensyukuri setiap ketentuan Allah terhadap saya. iya.. karena belum tentu setiap ketentuan yang baik itu BAIK SETERUSNYA bagi saya; atau ketentuan yang buruk itu BURUK SETERUSNYA untuk saya”
“Iya itu kan seperti yang ada di Al Quran Pak” timpal saya
“Benar. Dan saya telah membuktikan sendiri” ia membuat jeda sambil berfikir.
“Jadi begini. Ada dua orang yang saya kenal saling bersahabat. ketika keduanya lulus sekolah, keduanya lalu mendaftar masuk AKABRI. sayangnya yang satu lulus dan satu lagi tidak.
Yang lulus sangat berbangga, orang-orang di kampung mengaguminya. yang tidak lulus tentu saja kecewa.
Hingga suatu hari pelantikan teman saya yang AKABRI di Magelang. Ayah, Ibu dan adik teman saya itu kemudian pergi ke Magelang untuk menghadiri pelantikan teman saya tersebut, dan pulang kembali ke Makassar menggunakan kapal laut KMP TAMPOMAS II.
Tapi apa yang terjadi? Kapal TAMPOMAS tersebut kemudian tenggelam. Ayah, Ibu dan adik teman saya yang lulus AKABRI tersebut turut tenggelam dan jasadnya tidak pernah ditemukan.
Selang beberapa tahun kemudian. Ada kerusuhan di Timor-Timor. teman saya yang AKABRI ini dikirim kesana. Namun ia juga hilang dalam peperangan, hingga sekarang jasadnya tidak ditemukan.
“Astagfirulloh” saya bergumam.
“Saya terkadang berfikir. Bagaimana kehidupan bila ia TIDAK LULUS AKABRI? jalan hidupnya bisa jadi berbeda. Sedangkan teman yang tadinya tidak lulus terus melanjutkan kehidupan hingga sekarang. Wallahualam…”
Saya mendengarkan dengan takjub.
Itulah sebabnya di dalam Islam, kita hendaknya pandai-pandai menahan diri.
Ketika dicoba Allah dengan kesenangan hendaknya jangan merasa terlalu senang.
Pun ketika diuji Allah dengan Kesusahan, hendaknya jangan sedih berkepanjangan dan mengasihani diri sendiri hingga putus harapan.
Karena bisa jadi semua ketentuan baik dan ketentuan buruk yang terjadi pada kita merupakan ujian, dengannya kita harus bertawakal dan terus meminta perlindungan dariNya.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Ya benar. Hanya Allah yang Maha Tahu atas segala sesuatu, dan kita manusia hanya bisa berikhtiar dengan maksimal untuk kemudian Tawakal terhadap apapun keputusan dariNya.
Baca Juga : Sang Bapak di Meja Bundar