Cara menumbuhkan minat baca pada anak. Jika menilik hasil penelitian Most Literred Nation in the world 2016 yang mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 Negara yang memiliki minat baca terendah, sebagai orang tua terus terang saya khawatir terhadap minat baca anak-anak saya.
Terlebih saat ini mereka tumbuh di era digital, dimana banyak sekali distraksi digital yang bisa mengalihkan ketertarikan mereka terhadap buku. Belum buka buku halaman pertama, eh sudah ingat dengan game online atau youtube dan lain sebagainya. Minat membaca bisa jadi menurun bahkan bisa hilang menguap begitu saja.
Padahal membaca merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar. Membaca juga berperan penting untuk memperluas wawasan dan cara pandang anak agar tak sempit memandang dunia. Karenanya saya dan suami mengupayakan berbagai cara agar anak-anak gemar membaca buku.
Meskipun saat ini juga telah hadir buku digital yang bisa dibaca di gadget anak, namun membaca buku fisik adalah hal pertama yang sangat saya upayakan. Hal terdekat yang kami lakukan adalah dengan mengulang hal-hal yang orangtua saya pernah terapkan kepada saya dulu, dengan cara sebagai berikut :
1.Perkenalkan Buku Sedari Dini
Orang tua saya sudah membelikan saya buku sedari saya berusia balita dan belum kenal huruf. Meskipun saya belum bisa membaca, namun mereka tetap membelikan banyak buku dengan berbagai warna. Yang saya ingat bahwa hal ini sangatlah menyenangkan. Melihat buku penuh warna dan bentuk sudah membuat saya menyukai buku meski saya belum tahu bukunya bercerita tentang apa.
Saat ini sudah banyak sekali tersedia buku yang diperuntukkan untuk anak-anak balita. Materialnya pun sangat balita friendly; seperti buku bantal, buku dari bahan sponge, dan lain-lain. Semakin dini memperkenalkan kepada anak bahwa buku itu menarik, mudah-mudahan dapat menumbuhkan minat baca mereka.
2.Komik itu Tidak Berbahaya
Saya bikin judul begini karena saya pernah tahu orang tua yang tak suka jika anaknya membaca komik. Padahal saya pernah membaca bahwa anak-anak lebih mudah belajar secara visual dan kinetik. Artinya, anak-anak akan terpancing rasa ingin tahunya jika dihadapkan dengan warna dan gambar yang menarik.
Memberikan buku novel seperti Agatha Christie atau Lima Sekawan yang minim gambar tentu tidak menarik untuk memperkenalkan buku kepada anak. Ketika saya kecil dulu, saya memang tidak langsung membaca novel seperti yang saya gandrungi saat ini. Saya memulainya dengan komik Tin Tin dan Asterix. Komik itu tidak berbahaya, asal sebagai orang tua tetap mengawasi konten serta waktu anak-anak membaca komik.
Baca juga : Catatan Buku-Buku yang TER
3.Bacakan Untuk Anak
Awal perkenalan dengan komik, saya tidak suka membaca; melainkan hanya suka melihat gambar dan warnanya saja. Namun Ibu selalu membacakan buku kapan saja beliau sempat. Lama kelamaan saya penasaran dan tergerak untuk bisa membaca buku sendiri.
Awal menumbuhkan minat baca, anda bisa membuat kegiatan membaca buku menjadi kegiatan yang rutin. Misalnya ketika sebelum tidur, atau setiap sore, ketika anak-anak memiliki waktu penuh untuk mendengarkan anda membaca, tanpa gangguan apapun.
4.Rutin ke Toko Buku
Frekuensi rutin untuk tiap-tiap orang bisa berbeda. Ayah saya dulu mengajak saya ke toko buku setiap bulan – mungkin pada saat beliau habis gajian. Dan ketika di toko buku, beliau tidak bilang apa-apa, tidak menyarankan apa-apa. Beliau hanya memperhatikan saya memegang buku-buku dan menunggu buku mana yang sekiranya tertarik untuk saya miliki. Biasanya setelah beberapa lama, saya akan memilih satu atau dua buku untuk saya beli. Kebanyakan buku komik dan fiksi.
Jika ayah lupa mengajak saya ke toko buku, saya yang akan meminta. Karena ketika ke toko buku, aroma buku baru selalu membuat hati saya senang bahkan sebelum saya membacanya. Sering mengajak anak ke toko buku menurut saya bisa menumbuhkan minat baca, karena mengundang rasa ingin tahu sang anak dan membiasakannya untuk merasa dekat dengan buku-buku.
5.Menumpuk Buku Itu Tidak Apa-apa
Jika anak anda terlihat belum terlalu antusias untuk membaca buku, berikan mereka waktu. Saya dulu sempat begitu selama beberapa waktu. Saya hanya membeli buku, sampai di rumah saya cuekin atau hanya saya taruh di rak buku. Namun ketika ada waktu, saya akan melihat-lihat buku tersebut lalu membacanya. Lambat laun hal ini menjadi kebiasaan dan saya melahap semua buku yang pernah saya beli dulu.
Saat ini melihat tumpukan buku yang berjajar juga membuat saya nyaman karena saya tahu bahwa buku itu menyenangkan.
6.Berikan Spoiler
Saya pernah berkata pada putra sulung saya bahwa saya memiliki buku Enyd Blyton yang isinya tulisan semua (ada gambar, tapi sedikit) namun kisahnya sangat menarik. Saya lalu ceritakan bagian besarnya, cukup untuk membuat sulung saya penasaran lalu bertanya : “Apa kita punya bukunya, bunda? yang mana bukunya?” tanyanya.
Setelah saya tunjukkan bukunya, ia ingin saya membacakan buku itu untuknya. Lama kelamaan ia ingin tahu lebih banyak dan membaca sendiri karena tidak sabar kalau selalu menunggu saya. Saya juga berhasil membuatnya gandrung membaca Tintin. Jika ke Gramedia, maka yang ia cari lebih dulu adalah buku Tintin.
7.Berikan Anak Waktu Untuk Berdiskusi
Putra sulung saya memberi saya insight baru. Sehabis membaca buku, ia selalu mengajak saya berdiskusi tentang apa yang ia baca. Ini sebenarnya menjadi PR bagi saya, karena berarti saya harus membaca yang ia baca. Tapi saya menemukan bahwa hal ini menyenangkan. Karena saya jadi memahami bagaimana pola pikir putra saya, bagaimana cara ia mengambil sudut pandang, dan kurang lebih membuat saya mengerti bagaimana kepribadiannya.
Memiliki minat membaca buku saya rasakan sangat berharga ya. Karena membaca itu menyenangkan, terlebih jika kita menemukan buku yang kita sukai. Walau hari gini menumbuhkan minat membaca tantangannya juga tidak lebih mudah.
Cara-cara di atas ketika saya terapkan ke anak-anak juga tidak langsung simsalabim berhasil dalam waktu singkat. Butuh proses dan waktu. Kadang saya juga merasa bahwa usaha saya tidak berhasil, namun di lain waktu saya melihat anak-anak saya sudah mau membaca buku dengan kesadaran sendiri.
Bagaimanapun, dengan cara-cara yang kita lakukan sebagai orangtua, mudah-mudahan bisa menumbuhkan minat baca sedari dini. Karena buku adalah pintu kemana saja, kita tidak tahu buku apa atau cerita mana yang nantinya dapat memantik ide luar biasa di benak mereka, dan menjadikan mereka pribadi yang istimewa.
Apakah anda punya pengalaman lainnya yang bisa menumbuhkan minat baca yang bisa saya terapkan juga? silahkan tulis di komentar 🙂
12 Komentar. Leave new
saya setuju dengan komik tidak berbahaya. Dulu pernah saya berargumen dengan seseorang yang mengkhawatirkan komik itu akan membuat bodoh, tapi saya beranggapan bahwa ilustrasi yang ada dikomik akan menjadi stimulus awal anak untuk senang dengan huruf dan kalimat. Ketika usia makin bertambah, otomatis anak-anak juga akan berubah seleranya.
Betul. Komik bisa gunakan sebagai stimulus sebelum anak-anak familiar dengan buku yang penuh dengan kata-kata. Saya mengawali membaca buku dengan komik, dan sekarang lebih gandrung ke Novel daripada komik. Seiring jalan, anak-anak akan menemukan jenis buku yang sesuai dengan minatnya sendiri 🙂
secara keseluruhan sama sih ya, aku juga pernah nulis soal ini di sini https://nike.rasyid.net/2018/07/cara-menumbuhkan-minat-baca-pada-anak.html
Poin-poinnya sudah mirip, tapi yang tentang anak mencontoh orang tua itu aku setuju banget. Karena gimana mau ngajarin anak untuk membaca buku kalau orang tua juga ga pernah baca buku ya ^^
Tips-tipsnya bagus, tapi saya tidak tahu apakah tips itu akan ampuh. Sebab pertama saya belum punya anak 😀 belum bisa mempraktekkannya. Tapi ini sedikit cerita yang saya alami sendiri, bagaimana saya bisa sangat gandrung akan baca, padahal kalau baca tips mbak di atas, bisa jadi sangat berbeda. Karena ketika kecil saya tinggal di pelosok desa yang sangat jauh, tidak ada akses toko buku. Perkenalkan buku sedini mungkin, orang tua saya tidak mengenalkan buku ketika saya batita atau balita. Tetapi saya ragu apakah saya dibacakan buku ketika saya dalam kandungan. Tetapi hal yang menurut saya, saya menyukai buku yaitu karena orang tua saya di tambah nenek saya suka mendongeng lisan sehabis sholat isyak (jadi ini lebih membekas seperti tips no 3 di atas). Selanjutnya, komik? toko buku? saya mengenal toko buku (buku bacaa) ketika saya SMA, tapi sebelum SMA saya sudah menamatkan banyak Serial Lima sekawan (baca punya saudara) dan dua buku Harry Potter (pinjam perpustakaan sekolah). Intinya sih bukan toko bukunya, tapi apa yang membuat anak ingin tahu tentang suatu yang dibaca. Saya ingat persis ketika masih SD, saudara saya memiliki buku-buku tentang pembangunan desa. Di antaranya adalah buku-buku tentang cocok tanam, berternak ikan, berternak unggas dan kambing atau sapi. Maksudnya adalah buku-buku yang dekat dengan kehidupan kita tentu akan lebih menarik untuk dibaca sebab kita tidak blank sama sekali, kita tahu beberapa. terkadang memang aneh, kita hanya ingin membaca apa yang sudah kita tahu, dan ini penting untuk bisa bertahan dengan bacaan. Demikian pendapat saya. maaf panjang sangat komentarnya. Ini jejak pertama saya di blog ini ya. Salam kenal.
Halo Andy, terima kasih sharingnya, insight yang bagus sekali. Semoga kita semua terus semangat mengembangkan hobi membaca. Salam kenal kembali dari saya alumni Gryffindor ^^
Hoho, terima kasih kembali. Yuk mari kita bersemangat, agar semangat inilah yang tertular ke orang sekeliling kita. Salam dari loyalis seteru abadi Gryffindor. Salam dari saya dari House of Slytherin.
Ada juga kebiasaan positif orang tua yang sudah langka dan mungkin sudah punah, yaitu memdongeng. mendongeng dapan mempertajam daya imajinasi anak sehingga menimbulkan kecerdasan visualisasi terhadap cerita atau bacaan. Mungkin kita generasi 80-90an adalah generasi akhir yang mencicipi indahnya mendengarkan dongeng dari kakek-nenek di masa kecil.
Membiasakan aak membaca kian menghadapi tantangan berat akibat serbuan gadget, kalaupun kita larang anak kita maih hp, dia lari le rumah tetangga yang orang tuanya tidak mengerti bahaya gadget bagi anak-anak. jadilah kucing-kucingan dengan anak sendiri..hehe
Setujuuu. Padahal dulu suka banget kitak kalau orang tua sudah mendongeng, hehe. Membacakan buku untuk anak yg belum bisa membaca mungkin juga bisa diibaratkan mendongeng ya. Kalau gitu besok-besok coba ku ingat lagi dongeng2 lawas buat diceritakan kepada anak ah 🙂
Memberi contoh adalah yg paling jitu. Bagaimana bisa menumbuhkan minat baca anak kalau ortunya ga terlihat rajin membaca malah sering terlihat mainan Hp, seperti itu contoh kecilnya. Konon kan katanya anak adalah peniru yg ulung dari orangtua. Maka kalau ingin anak rajin membaca, ya dimulai dari ortunya. Dan sebenarnya bukan hanya membaca saja, tapi memahami apa yg dia baca juga penting. Caranya seperti yg kamu tulis, bisa dengan berdiskusi setelah membaca atau anak bisa menceritakan ulang apa yg sudah dia baca.
Setuju bangets mbak Den, memang orang tua harus jadi role model lebih dulu ^^
[…] Baca juga : Bagaimana cara Menumbuhkan Minat Baca pada Anak? […]