Setiap kali ke Jakarta, saya selalu mempersiapkan mental saya untuk menghadapi lalu lintas yang membuat penat kepala. Maklum, sebagai anak daerah, saya telah terbiasa dengan lengangnya jalanan di Palembang. Meski saat ini di beberapa titik di Palembang juga telah mengalami kemacetan, namun masih dapat diuraikan dalam 30 menit atau satu jam saja. Tidak seperti Jakarta yang macetnya bisa membuat saya ketiduran.
Namun ada yang tak biasa dari Jakarta menjelang Asian Games di bulan Agustus yang lalu. Sebagai tuan rumah, Jakarta dan Palembang memang sibuk berbenah mempersiapkan berbagai fasilitas dan infrastruktur demi lancarnya keberlangsungan perhelatan olahraga akbar negara-negara di Asia.
Di Palembang tempat saya tinggal, pembangunan LRT telah dikerjakan dari jauh-jauh hari. Pembangunan LRT memang ditujukan untuk mengantisipasi kemacetan di Palembang. Lalu, jika Palembang saja repot berbenah dan khawatir dengan kemacetan, bagaimana dengan Jakarta yang kemacetannya notabene lebih heboh daripada Palembang?
Antisipasi Pemerintah
Pemerintah berdiam diri? tentu saja tidak. Adalah Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) Kementerian Perhubungan yang bekerja sama dengan institusi terkait seperti Kepolisian – yang kemudian melakukan berbagai cara dan inisiatif untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
Yang paling populer yaitu dengan cara meningkatkan jumlah armada transportasi umum, serta memperlebar wilayah sistem penerapan plat kendaraan ganjil genap selama ajang Asian Games 2018 berlangsung.
Namun setelah menerapkan kedua cara tersebut, kita tentu penasaran apakah ganjil genap memberikan dampak signifikan terhadap berkurangnya kemacetan di Jakarta?
Survey BPTJ
BPTJ pun mengukur kinerja ganjil genap yang mereka terapkan melalui survey. Tercatat, sebesar 72% masyarakat Jakarta merasakan bahwa penerapan ganjil genap di sejumlah wilayah Jakarta ketika Asian Games berlangsung, memang membuat jalanan terasa lebih lancar.
Sedangkan, 67% masyarakat Jakarta menyetujui bahwa penerapan ganjil genap bisa membuat waktu tempuh lebih singkat, dan mengurangi dampak polusi udara di Jakarta.
Sebanyak 66% pengguna kendaraan pribadi setuju agar pelaksanaan ganjil genap tetap diterapkan walaupun momen Asian Games 2018 sudah selesai. Meski demikian, masyarakat mengharapkan penerapan ganjil genap dapat dibebaskan pada hari Sabtu dan Minggu.
Ganjil Genap dan PT Transjakarta
Jika ganjil genap bisa mereduksi kemacetan di Jakarta, lalu beralih kemana para pengguna kendaraan pribadi yang biasanya memenuhi jalanan di Jakarta?
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) sebagai operator busway mencatat peningkatan pengguna transportasi umum sejak diberlakukannya peraturan ganjil genap yang membatasi pengguna kendaraan pribadi di Jakarta. Akhirnya terjawab sudah bahwa dengan memaksimalkan penggunaan bus oleh masyarakat, maka kemacetan bisa berkurang secara signifikan. Jadi solusi atas kemacetan Jakarta salah satunya adalah ini : beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum!
Lalu bagaimana BPTJ menyikapi hal ini? tentu saja setelah Asian Games berakhir dan dilanjutkan dengan Asian Para Games, BPTJ akhirnya memperpanjang penerapan ganjil genap di wilayah-wilayah yang sudah diterapkan ganjil genap. Antara lain :
- Jalan Medan Merdeka Barat
- Jalan MH Thamrin
- Jalan Jenderal Sudirman
- Jalan Jenderal Gatot Subroto
- Jalan Jenderal S Parman (Simpang Tomang – Simpang KS Tubun)
- Jalan MT Haryono (Simpang UKI – Simpang Pancoran – Simpang Kuningan)
- Jalan HR Rasuna Said
- Jalan Jenderal DI Panjaitan (Simpang Pemuda – Simpang Kalimalang – Simpang UKI)
- Jalan Jenderal Ahmad Yani (Simpang Perintis – Simpang Pemuda)
Adapun waktu pelaksanaan ganjil genap adalah hari Senin sampai Jumat, pukul 06.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Ganjil genap tidak berlaku pada persimpangan terdekat hingga pintu tol atau sebaliknya; juga tidak berlaku pada hari Sabtu dan Minggu.
Inovasi PT Transjakarta
Saya membayangkan kalau banyak orang tetap membiasakan mau naik bus Transjakarta selepas Asian Games dan Asian Para Games, maka jalanan Jakarta setidaknya bisa bernafas lega. Apalagi PT Transjakarta juga sudah memiliki bus tingkat hingga 19 unit yang berasal dari sumbangan swasta.
PT Transjakarta juga telah mempersiapkan layanan “Transjakarta Cares” untuk mereka yang berkebutuhan khusus. Ada juga bus khusus wanita yang berwarna pink dan bus vintage series yang bisa bikin kita bernostalgia.
Setidaknya jangan sia-siakan 13 koridor dan 118 rute yang PT Transjakarta telah persiapkan. Cobain satu-satu dari koridor tertua (Koridor 1) di Blok M hingga koridor termuda (Koridor 13) di rute Kapten Tendean – Ciledug.
Ayo Naik Bus Saja!
Kalau sudah begini, pasti inginnya jalanan di Jakarta lancar terus, ya kan? saya juga inginnya begitu. Apalagi kalau pulang ke kampung halaman saya di Pasar Minggu, pinginnya jalanan lancar jaya saja.
Tapi biasanya nih kalau dari Cengkareng lewat Pancoran belok kanan saya mulai cemberut karena macetnya (biasanya) panjang. Belum lagi ketika masuk wilayah Pasar Minggunya beneran, duh bisa nangis-nangis bombay saya. Hal ini membuat saya malas sangat kalau sudah sampai di rumah terus jalan-jalan. Mau ke Ragunan aja rasanya emoh, apalagi ke Ancol atau Grand Indonesia.
Ganjil genap memang belum menyentuh Pasar Minggu. Namun Transjakarta sudah. Jikalau belum bisa berpartisipasi mengurangi kemacetan di Jakarta dengan ganjil genap, setidaknya saya bisa naik bus. Badan sehat, uang hemat, dan yang pasti bisa berkontribusi aktif mengurangi kemacetan di Jakarta. Tapi apalah saya, yang cuma setahun sekali bisa dihitung dengan jari berdiam di Jakarta.
Adalah tugas teman-teman sebagai warga Jakarta untuk mulai beralih naik bus kemana-mana. Kalau teman-teman bingung mulainya dari mana, ah ini saja – seperti yang sering diucapkan oleh Aa Gym : mulai dari yang sederhana, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang juga.
Hayok Kuy kita naik bus!