Pentingnya asupan zat besi dengan Maltofer. Anemia defisiensi zat besi hadir dalam beberapa gejala. Jika kita mudah merasa lelah, jantung sering berdebar, terlihat pucat, sering kehabisan nafas dan sering jatuh sakit, kemungkinan besar kita mengidap Anemia.
Saya yakin sudah banyak yang familiar dengan Anemia. Anemia adalah dampak kekurangan gizi yang paling umum ketika seseorang tidak mendapatkan zat besi yang cukup. Hal ini bisa terjadi ketika tubuh tidak bisa menyerap zat besi, ketika tubuh kehilangan zat besi, atau saat seseorang hamil.
Dari hasil penelitian tercatat, gejala ini hampir mempengaruhi 3 miliar orang di seluruh dunia. Itu artinya, Anemia rentan terjangkit pada siapa saja. Bisa keluarga, teman-teman, bahkan diri kita sendiri.
Dengan sangat menyesal, saya mengakui kalau saya pernah menjadi bagian dari 3 miliar orang di seluruh dunia yang menderita Anemia.
Ketika hamil anak ke tiga, nilai Hb (hemoglobin) saya hanya 7 gr/dl. Padahal untuk ibu hamil di semester ke 3 nilai Hb saya seharusnya berada di angka 9.5–15.0 gr/dl.
Panik? pastinya. Saya panik, suami panik, keluarga besar panik, dokter kandungan saya panik.
Akhirnya dokter memerintahkan saya untuk segera melakukan transfusi 3 kantung darah hingga nilai Hb saya memenuhi nilai yang disyaratkan.
Kenapa harus transfusi darah? karena saat itu saya berkejaran dengan waktu untuk mengkoreksi nilai Hb saya-mengingat saya sudah memasuki masa kehamilan di semester ke tiga. Transfusi darah dapat mengatasi defisiensi Hb dengan cepat.
Baca : Hamil Anak Ketiga : The Journey
Sembari berdoa agar penanganan Anemia saya belum terlambat, saya akhirnya menerima 3 kantong darah untuk memenuhi nilai kecukupan Hb.
Setelah menerima transfusi, nilai Hb saya naik – dan ini harus saya pertahankan setidaknya hingga saya melahirkan. Gagal menjaga nilai Hb, saya diharuskan kembali menerima transfusi.
Alhamdulillah Berkat asupan makanan yang dijaga serta asupan suplemen zat besi yang diberikan dokter kandungan, nilai Hb saya bertahan normal hingga saat melahirkan tiba.
Setelah mendapatkan transfusi darah, kejadian ini menjadi wake up call bagi saya. Terutama ketika melihat wajah cemas dari dokter kandungan. Disitu saya sangat menyadari bahwa kecukupan zat besi bukanlah satu hal yang bisa dianggap remeh.
Terutama di masa kehamilan, dimana janin sudah memasuki masa 1000 Hari Pertama Kehidupannya (HPK). Jadi defisiensi zat besi yang terjadi di masa kehamilan tidak hanya berdampak pada ibu, namun juga akan berdampak pada janin.
Ibu hamil yang kekurangan zat besi dapat menimbulkan dampak pada janin antara lain berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan kematian janin. Kekurangan zat besi yang berdampak pada berat badan janin rendah rentan mengakibatkan penurunan fungsi otak dan serta penurunan kemampuan anak dalam mengembangkan kecerdasan kognitif di sekolah.
Dan hal ini tidak dapat diperbaiki.
Jadi, penting sekali bagi ibu hamil untuk tidak mengalami defisiensi zat besi. Karena waktu tak mungkin diulang, sebagai orang tua, tentu saja kita ingin anak tumbuh sehat dan pintar, bukan?
Oh iya, masih banyak orang awam yang keliru mengartikan Anemia dengan darah rendah, padahal keduanya sangat berbeda. Darah rendah merupakan kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg.
Darah rendah diukur dengan alat Sfigmomanometer yang biasa kita temui di rumah sakit atau klinik. Sedangkan Anemia, diukur dari jumlah Hb (hemoglobin) yang darah kita kandung. Batas Hb yang normal untuk wanita dewasa adalah 12-16 g/dl; sedangkan pria 14-18 g/dl.
Sebagai ibu dengan riwayat Anemia, saya menjadi lebih waspada akan defisiensi zat besi. Alhamdulilah meskipun bayi saya lahir dengan sehat dan selamat, namun saya tetap harus menjaga perkembangan tumbuh kembangnya, agar riwayat Anemia saya tidak berulang kepada anak. Untuk itulah pentingnya supan zat besi dengan Maltofer.
Senangnya di hari Sabtu tanggal 19 Oktober 2019, saya berkesempatan hadir di acara Edukasi Peran Penting Zat Besi dalam 1000 hari Pertama Kehidupan (Golden Age) bersama Maltofer Woman Community dari PT Combiphar, bekerjasama dengan komunitas Playdate Palembang.
Sebagai narasumber, hadir bersama kami Dr.dr.Yudianita Kesuma Sp.A(k) M.Kes, Mbak Deloni Anggraini selaku Brand Manager Maltofer, dan Mbak Ika Puspita dari Blogger, yang menjelaskan lebih jauh bagaimana zat besi sangat penting bagi pertumbuhan anak di 1000 hari pertamanya.
Saya datang dengan semangat karena ingin mendapatkan pengetahuan lebih lanjut mengenai pentingnya zat besi di 1000 HPK anak. Terlebih acara ini diselenggarakan oleh Maltofer Woman Community yang sudah saya kenal dengan produknya, Maltofer.
Apa itu Maltofer Woman Community?
Maltofer woman community merupakan wujud kepedulian Maltofer terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak. Di dalam kegiatannya, Maltofer woman community secara aktif memberikan edukasi dan road show kepada para ibu untuk lebih aware terhadap proses tumbuh kembang anak. Termasuk aware terhadap kebutuhan anak akan zat besi di 1000 Hari Pertamanya.
Dalam berbagai kegiatan dan road show, Maltofer Woman Community menghadirkan para pakar yang ahli di bidangnya. Road show juga telah berlangsung di beberapa kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang dan Palembang.
Saya senang karena Palembang masuk salah satu kota Roadshow Maltofer. Plus bisa cek Hb darah juga secara gratis. Ihiy!:)
Acara diawali oleh paparan dari Dr.dr.Yudianita Kesuma Sp.A(k) M.Kes yang menjelaskan tentang pentingnya zat besi. Zat besi adalah zat yang diperlukan tubuh kita sebagai media transportasi oksigen ke seluruh tubuh.
Zat besi dapat ditemukan di berbagai makanan yang mengandung zat besi, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, daging ayam, dan daging sapi.
Asupan zat besi makanan juga mengandung zat besi-heme dan zat besi non-heme. Bedanya apa? zat besi-heme banyak dikandung oleh daging sapi, daging ayam, dan ikan. Zat besi-heme tiga kali lebih mudah diabsorpsi dibandingkan dengan zat besi non-heme. Sedangkan zat besi non-heme, dikandung oleh makanan dengan bahan dasar sayur.
Di dalam proses konsumsi makanan, ada beberapa zat yang bisa menghambat dan meningkatkan penyerapan zat besi pada tubuh. Vitamin C bersifat meningkatkan penyerapan non-heme besi.
Sedangkan Zat yang menghambat penyerapan non-heme besi antara lain Phytates yang terkandung dalam dedak dan beras merah; kalsium yang ada di produk susu; serta Polifenol yang terkandung dalam sayuran tertentu dan tanin dalam teh.
Saya ingat ketika hamil dan mengalami anemia, dokter melarang saya untuk minum teh untuk sementara waktu. Padahal saya bisa minum teh setiap hari, lho.
Sebelumnya saya tidak tahu bahwa teh mengandung tanin yang bisa menghambat penyerapan zat besi. Setelah tahu, saya berhenti mengkonsumsi teh – demi 1000 hari pertama kehidupan (HPK) janin yang baik.
Lalu sejak kapan 1000 hari pertama anak bisa dihitung?
dr Dian menjelaskan bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dihitung sejak janin di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun (24 bulan). Masa HPK ini sangatlah krusial karena masa ini dikenal juga dengan masa Golden Age, dimana di masa-masa ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat, yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna.
Nah karena 1000 HPK terjadi sejak janin di dalam kandungan, maka penting sekali bagi ibu hamil untuk memperhatikan asupan nutrisinya karena ibu hamil termasuk ke dalam 3 golongan yang rentan mengalami anemia. Mengapa?
- Karena ketika hamil, terjadi peningkatan kebutuhan akan zat besi hampir 10x lipat pada kehamilan trimester ke tiga. Biasanya makanan dengan zat besi saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan
- Defisiensi zat besi terjadi hingga 40% pada ibu hamil di trimester ketiga
- Mayoritas wanita hamil dengan anemia dikarenakan kekurangan zat besi
Kekurangan gizi pada 1000 HPK, tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Karena itulah penting sekali bagi ibu hamil untuk menjaga nutrisi yang dikonsumsi semasa hamil.
Jika Ibu mengalami mual muntah yang berkepanjangan, jangan lupa untuk selalu berkonsultasi pada dokter kandungan. Sehingga, nutrisi ibu hamil dapat terus terjaga melalui vitamin yang diberikan.
Kecukupan nutrisi pada 1000 HPK akan mempengaruhi anak secara jangka pendek dan jangka panjang. Secara jangka pendek, nutrisi mempengaruhi perkembangan otak, pertumbuhan massa otot dan komposisi tubuh.
Sedangkan secara jangka panjang nutrisi mempengaruhi kemampuan kognitif dan edukasional, imunitas, kemampuan kerja, diabetes, obesitas, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stroke dan penuaan. Karena itulah, penting menjaga asupan nutrisi secara seimbang, termasuk memastikan kecukupan zat besi di tubuh anak.
Bagi saya yang kebetulan masih memiliki anak yang belum menyentuh 1000 hari pertama kehidupan, penjelasan dr Dian merupakan pengetahuan yang sangat bermanfaat, karena saya rasanya ga mau kecolongan sebelum umur adek menginjak 2 tahun, hehe.
Bagaimana jika anak sudah terlanjur kekurangan zat besi?
dr Dian memberikan solusi dengan cara terapi besi oral melalui tiga tahapan, yaitu :
- Dosis dan penjadwalan terapi besi yang tepat
- Modifikasi diet atau asupan makanan
- Follow up penilaian respon
Semaksimal mungkin anak diberikan makanan yang mengandung zat besi sesuai kebutuhan. Sebagai tambahan, dokter juga dapat memberikan suplemen zat besi tambahan untuk mencukupi kebutuhan zat besi anak.
Oleh karena itu, hendaknya kita jangan lagi menganggap anemia sebagai penyakit yang ‘biasa’. Karena waktu yang sudah dilewati tidak dapat kita ulangi lagi, dampak yang ditimbulkan luar biasa.
Sehingga hendaknya dari saat ini juga kita harus lebih memperhatikan kecukupan zat besi untuk anak-anak kita agar mereka mendapatkan nutrisi yang sempurna di 1000 hari pertamanya.
Semangat! 🙂
Baca juga : Hal-hal yang Saya Harap Telah Saya Ketahui Ketika Hamil Anak Pertama
Ketika acara sedang berlangsung, ada satu pertanyaan menarik yang dilontarkan oleh salah satu peserta
Jika anak saya susah makan dan sulit untuk memenuhi asupan zat besi dari makanan, apakah solusi yang dapat diberikan?”
dr Dian kemudian menjelaskan bahwa selain dari makanan, asupan zat besi juga bisa kita dapatkan dari suplemen tambahan. Pertanyaan ini kemudian terjawab secara lebih lengkap lagi ketika mbak Deloni Anggraini selaku Brand Manager Maltofer menjelaskan lebih lanjut tentang suplemen zat besi Maltofer.
Maltofer adalah suplemen dengan kandungan zat besi jenis Iron (III) Polymaltose Complex, yang melepaskan kandungan zat besi secara aktif dan terkontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita sehingga tidak terjadi penumpukan zat besi di dalam tubuh. Maltofer juga merupakan tablet kunyah PERTAMA di Indonesia dengan komposisi Zat Besi Fe3+ (Ferri) dengan rasa coklat dan dapat dikonsumsi dengan makanan / obat-obatan
Lalu apa saja keunggulan dari Maltofer?
- Maltofer mengandung Iron Polymaltose Complex dapat diserap secara aktif dan terkontrol, sehingga tidak menimbulkan kelebihan zat besi yang dapat menyebabkan mual, luka lambung, gangguan jantung dan susah BAB
- Maltofer memiliki rasa cokelat yang enak sehingga dapat dikonsumsi dengan lebih baik
- Iron Polymaltose Complex ini juga memiliki kelebihan lain, yaitu tidak bereaksi secara negatif dengan makanan, minuman ataupun obat-obatan lain dan tidak menimbulkan stress oksidatif.
- Efek samping yang minimal seperti konstipasi dan rasa mual.1, 2
- Koreksi kadar zat besi dalam tubuh yang tepat.3
- Rasa nyaman dalam mengonsumsi suplemen zat besi bersamaan dengan makanan dan minuman lainnya.4, 5
- Tidak ada interaksi jika diminum bersamaan dengan obat-obatan (hubungi dokter atau apoteker untuk informasi lebih lengkap dan informasikan obat yang anda gunakan bersamaan dengan Maltofer®).3
Mbak Deloni Anggraini juga memperagakan bagaimana Maltofer mudah larut di dalam air teh, sedangkan produk serupa tidak larut. Hal ini membuktikan bahwa Maltofer dapat dikonsumsi dengan lebih baik dan bisa dikonsumsi bersamaan dengan makanan lainnya, serta tidak berbahaya bagi lambung.
Maltofer juga diklaim memiliki efek samping yang minimal dan ringan. Karena diserap tubuh secara berbeda, zat besi dapat diserap dengan aktif dan terkendali sesuai dengan kebutuhan zat besi yang dibutuhkan oleh tiap individu.
Karena inilah Maltofer dijuluki sebagai Body Friendly Iron. Jadi say goodbye untuk efek samping yang enggak banget seperti diare, konstipasi hingga mual.
Karena berlaku sebagai Body Friendly Iron, Maltofer juga tidak sulit diberikan untuk anak-anak. Selain karena rasa coklatnya yang enak, Maltofer juga dapat diberikan berdampingan dengan makanan yang lain dan tersedia dalam kemasan yang fleksibel dalam bentuk tablet kunyah, kemasan sirup, dan kemasan tetes.
Wah, memberikan asupan zat besi pada anak jadi lebih mudah, ya! 😀
Setelah sesi paparan Maltofer selesai, dilanjutkan dengan sesi menulis kreatif bersama Mbak Ika Puspita, seorang blogger professional yang ternyata juga memiliki pengalaman dengan Anemia. Mbak Ika juga menekankan bahwa penting bahwa kita menjaga asupan zat besi terutama untuk anak-anak kita. Biar energik dan tetap oke performanya seperti mbak Ika Puspita 🙂
Dengan berakhirnya paparan dari Mbak Ika, maka berakhir pula acara Edukasi Peran Penting Zat Besi dalam 1000 hari Pertama Kehidupan (Golden Age) bersama Maltofer Woman Community dari PT Combiphar. Sepulang dari sini saya merasa senang dan makin percaya diri untuk memberikan adek (14 mo) asupan zat besi yang ideal sehingga bisa mendukung tumbuh kembangnya dengan baik.
Penutup
Anemia bisa terjadi pada siapa saja. Karena itulah kita harus lebih concern dan memeriksa Hb secara berkala agar kebutuhan tubuh terhadap zat besi tetap terjaga. Terutama untuk janin dan anak di 1000 hari pertama.
Karena efek Anemia Defisiensi Besi yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan yang paling merugikan adalah terhadap perkembangan otak pada bayi yang bersifat permanen. Sehingga sebisa mungkin kita cegah dengan cara memastikan kecukupan nutrisi anak.
Karena anak bungsu saya juga masih berada di periode 1000 hari pertamanya, jadi catatan tersendiri bagi saya untuk memastikan ia tidak mengalami Anemia. Karena waktu sangatlah berharga. Ketika berlalu, kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya.
Cukupi asupan zat besi dengan Maltofer yang tersedia dalam kemasan tablet, tablet kunyah, sirup dan tetes yang mudah dikonsumsi dewasa dan anak-anak. Untuk informasi lebih lanjut, teman-teman bisa mengunjungi Situs Maltofer di www.maltofer.combiphar.com
Semoga kita semua sehat selalu dan bebas dari defisiensi zat besi, ya!
#MaltoferWomanCommunity #Maltofer #MaltoferIndonesia #Combiphar
Sumber :
1Ortiz R, et al. Efficacy and safety of oral iron(III) polymaltose complex versus ferrous sulfate in pregnant women with iron-deficiency anemia: a multicenter, randomized, controlled study. J Matern Fetal Neonatal Med 2011;24:1-6.2.
2Toblli JE & Brignoli R. Iron(III)-hydroxide polymaltose complex in iron deficiency anemia / review and meta-analysis. Arzneimittelforschung 2007;57:431‒8.
3Produk Informasi (Leaflet) Maltofer®
4Geisser, P. In Vitro Studies on Interactions of Iron Salts and Complexes with Food-Stuffs and Medicaments. Arzneimittel-Forschung/Drug Research. 1990:40:754-760.
5Lundqvist, H and Sjoberg, F. Food Interaction of Oral Uptake of Iron. Arzneimittel-Forschung (Drug Research). 2007;57(6a):401-416.
1 Komentar. Leave new
Wow ternyata zat besi itu penting banget yak untuk masa pertumbuhan anak