Kota-Kota yang Pernah Ditinggali. Sebagai seorang yang lahir di Palembang, sampai saat ini pun saya masih tinggal di Palembang. Cinta atau gimana nin? enggak gitu juga. Hanya perjalanan hidup membuat saya untuk selalu kembali ke kota ini *cieh *suara dawai mengalun pelan :p
Jadi ga pernah tinggal di kota lain tah? pernah. Tapi sebentar-sebentar, ga terlalu lama. Karena… ya itu. Selalu baliknya ke Palembang lagi dan lagi. Saya senang sih, karena ternyata jauh dari kampung halaman itu rasanya ga enak ya. Tapi ga bisa dipungkiri juga dengan keluar dari kampung halaman kita bisa mengenali diri kita sendiri dan mendapatkan pengalaman lebih banyak. Hihi.
Udah ah basa-basinya. Langsung aja yuk berikut kota-kota yang pernah saya tinggali di dalam kehidupan saya.
Jakarta
Jakarta itu bak datang dan pergi. Karena keluarga besar saya hampir semuanya tinggal di sini. Ya nenek, kakek, tante om dan sepupu-sepupu dekat. Kalau ditanya kampung halaman saya yang kedua apa? ya pasti saya sebut Pasar Minggu Jaksel deh. Karena saya dari kecil udah sering banget bolak balik Palembang Jakarta.
Ketika tamat kuliah akhirnya saya bener-bener stay untuk waktu yang agak lama, sampai beberapa bulan. Terus lagi setelah balik ke Palembang, eh saya malah keterima di Bank BUMN dan harus menempuh pendidikan di corporate university yang ada di Jalan Gatot Subroto Jakarta lagi.
Tapi kalau ditanya pilih mana enak tinggal di Jakarta apa Palembang, ku tetap pilih Palembang. Setelah dijalanin ternyata I’m not that kind of big cities kindda gal. Harus bangun sebelum subuh, naik kendaraan bermacet-macet, pulang kemaleman. Nope. THAT such a BIG OH NO for me 🙂
Sarolangun – Singkut, Jambi
Jadi setelah pendidikan, saya langsung di tempatkan di Kabupaten Bangko, Jambi sebenernya. Namun saya hanya bertahan sekitar sebulan disana sebelum dipindah lagi ke kota Sarolangun, Jambi. Di Sarolangun ini saya lumayan lama deh ada kali beberapa bulan, terus dipindah lagi ke Kabupaten sebelahnya lagi, namanya Singkut. Naah di Singkut ini saya lumayan lama staynya dan benar-benar jadi pengalaman yang akan saya ingat seumur hidup saya. Kenapa?
Karena di sini saya ketemu dengan orang-orang yang baeknya kayag malaikat semua, tanpa pamrih. Terdengar lebay ya, tapi bener deh kalau diceritain bahwa saya tinggal di rumah penduduk setempat tanpa membayar, pasti banyak orang bengong ya. Padahal baru kenal tapi udah dianggap seperti anak sendiri. Masalahnya saya udah berusaha bayar kos-kosan saya tapi malah yang punya rumah pasang tampang sebel kalau saya bayar kosan (duh). Jadilah saya beliin aja itu sembako tiap bulan. hahaha
Belum lagi ada pemilik warung makan yang saya anggap seperti mbah sendiri. Belum lagi rekan-rekan satu kantor yang Masya Alloh jadi rekan-rekan terbaik selama 10 tahun perjalanan saya di dunia kerja. Pokoknya banyak good memories yang terjadi di sini deh.
Manggar – Belitung
Dari Singkut saya dipindahin ke Manggar di Pulau Belitung. Bukan. Belitung bukan Bangka. Dari Belitung ke Bangka pun butuh enam jam perjalanan lewat laut dan naik pesawat selama 15 menit, jadi ya, Bangka dan Belitung itu ga deket-deket amat kok.
Nah di Manggar, salah satu Kabupaten di Belitung ini saya hidup mandiri banget deh. Saya ngontrak rumah sendiri, belajar naik motor, kemana-mana sering sendiri, karena ga banyak orang kantor yang tinggal di Manggar – mereka tinggalnya di Tanjung Pandan.
Tinggal di sini lain lagi bizarrenya, like magic. Mungkin karena semuanya indah ya, sunrisenya indah, sunsetnya indah, pantainya ampun-ampunan indaaah. Which is yang di film Laskar Pelangi itu hanya seper-berapa bagian pulau yang disorot dan itu udah indah banget kan ya, padahal aslinya lebih indah lagi, huhu.
Setelah resign dari Belitung dan kerja di kantor yang kedua saya cukup sering sih balik lagi ke Belitung buat dinas. Dan selalu kayag kena sihir kalau sudah ke pulau ini – ga tau ya saya ngerasanya beda aja sih. Pokoknya susah dijelasin dengan kata-kata hahaha.
Jadi itulah kota-kota yang pernah saya tinggali. Sedikit sekali ya. Untuk saat ini saya nyaman stay di Palembang. Tapi ga tahu ya kalau di masa datang hidup akan membawa saya ke mana. Siapa tahu kan Suami pindah penugasan ke kota lain atau ke Wakanda. Pokoknya kemanapun asal bersama keluarga dan ada terjangkau jaringan internet – ku merasa bahagia. Hahahaha
11 Komentar. Leave new
singkut sama sarolangun ya masih satu kabupaten mbak hehe, dari beberapa kota yg kutinggali, yg orang2 kantornya kompak, udah kayak sodara sendiri ya waktu di bangko kemaren, pas waktu istriku dirawat di rs orang sekantor termasuk istri n anaknya pada nengokin…
oktober aku resmi dilepas dr bangko, pas perpisahan kantor netes air mata, sounds very lebay… tp begitulah rasanya kehilangan :’)
Iya karena udah lama kulupa kalau Sarolangun Singkut satu Kabupaten ya hahaha. Lha akupun sama. Ketika pengumuman penempatan aku di Belitung aku nangis sesunggukan di depan orang-orang kantor di Cabang Bangko (yg wilayah kerjanya juga termasuk Singkut Sarolangun), setahun bersama mereka rasanya tersentuh banget hahaha (eh kita jadi sama2 lebay) :D. Lha jadi skrg pindah kemana Pak? Ke Bungo ya? Aku sering lihat ig mu kayagnya lagi di Bungo 🙂
iya mba, aku sekarang tinggal di muaro bungo, tapi kerjanya di rimbo bujang :p setengah jam dr muaro bungo..
sekarang sarolangun udah pisah, cabang sendiri, tapi kalo unit air hitam masuknya ke cabang bangko karena lebih dekat ? terus yg cabang sarolangun sudah pindah kantor juga, sekarang arah ke linggau gedungnya
Wah gapapa Pak, yang penting enjoy ya. Aku belum pernah euy ke Rimbo Bujang. Jadi kepingin tahu. Banyak-banyak cerita dan posting tentang Rimbo Bujang dong, hihi
insyaalloh mba, kota kecil yg mirip singkut, lurus doang hehe 🙂
Jadi penasaran pengen ketemu malaikat juga di Singkut hehe. Ya, ketemu orang lokal yang baik itu rezeki luar biasa emang. Soal Manggar, aku juga suka. hebat juga itu rekan kerja PP Manggal-Tanjung tiap hari. Wow.
Emang warbiyasak mereka Om. Dari Tanjung jam 4 pagi dan pulang jam 5 atau jam 6 sore tiap hari dari manggar, pp menempuh kurleb 4 jam perjalanan. Karena keluarga mereka pada tinggal di Tanjung sih, jadi dibela-belain.
Hahahaha aku ga biasa dibaekin kali ya, jadi ketika ketemu orang baek tanpa pamrih itu suka tersentuh. Coba deh sekali kali ke Singkut Om 😀
Nahh ada lagii
Hihihi
Hahaha yg terakhir setuju bgt
😀