Kenangan Masa Kecil. Saya merasa beruntung karena lahir di tahun 80 an (belum, saya belum tua hahaha). Itu artinya, saya merupakan salah satu generasi millenial yang merasakan asiknya hidup di dua jaman : jaman analog dan jaman digital. Jaman digital mulai menyentuh kehidupan saya ketika saya SMA. Ketika saya kuliah, kami mulai akrab dengan internet, blog, friendster dan teman-temannya. Namun sebelum jaman itu hadir, dunia saya adalah dunia analog yang tak kalah menyenangkan, lho.
Di jaman itu, salah dua barang elektronik yang rajin menyala adalah televisi dan radio. Sebagai anak yang dominan berotak kanan, radio memang tak lepas dari saya; terutama ketika saya sedang belajar. Ketika belajar, otak kanan saya cepat jenuh dan bosan sehingga harus mendengar musik. Dengan cara ini otak kanan sibuk mendengar musik, yang kiri bisa fokus berfikir. Begitu menurut yang saya baca mengenai fungsi otak kiri dan kanan.
Selain itu, masa kecil saya penuh dengan kenangan khas anak-anak milennial analog yang belum terpapar dunia digital sama sekali. Jika dikenang, rasanya lucu juga. Misalnya, :
1.Belum ada handphone, jadi kami harus menelepon ke telpon rumah jika ingin berbicara dengan teman. Bisa dibayangkan ya, semakin banyak teman semakin banyak yang harus ditelefon. Kalau ingin ngobrol grup – misalnya, kami akan bikin janji ketemuan di rumah salah satu teman. Saya biasanya naik sepeda ke rumah teman tersebut.
2.Belum ada internet, jadi kami benar-benar mengandalkan buku untuk mendapatkan informasi. Perpustakaan sekolah ramai dikunjungi untuk meminjam dan mengembalikan buku.
3.Sepulang sekolah, saya akan membaca buku – biasanya Lima Sekawan atau Enyd Blyton. Dengan begitu, imajinasi saya akan jalan-jalan ke tempat sesuai deskripsi di buku. Saya tidak bisa berharap banyak dari tv, karena film yang ditayangkan di televisi terbatas – hanya ditayangkan pada malam hari.
4.Serial-serial barat yang saya suka di televisi dulu adalah Friday the 13th, Remington Steel, Mission Impossible, Air Wolf, Mc Gyver, The A Team, dan Little House in The Prairie.
5.Tiap minggu pagi adalah surga karena bisa nonton kartun dari pagi hingga siang. Tidak ada anak-anak yang mau main ke luar rumah di hari minggu pagi.
6.Sore hari, baru kami ke luar rumah, main permainan yang bisa dimainkan secara berkelompok. Biasanya kami akan main kejar-kejaran, petak umpet, dan permainan tradisional lainnya di tanah lapang di dekat rumah.
7.Mengambil foto adalah momen yang berharga. Karena kamera masih analog, sehingga menggunakan roll film yang harus dibeli dan jumlahnya terbatas. Jadi jika fotonya gagal, ga ada cerita tuh bisa di delete saat itu juga terus diulang lagi. hahaha
8.Uang jajan saya waktu SD hanya 250 rupiah. Itu saja saya sudah bisa beli nasi uduk, pempek dan es batangan. Jadi ketika nenek saya yang di Jakarta datang dan memberi uang jajan 500 rupiah, saya rasanya seperti orang kaya, karena uang jajannya banyak hahaha
9.Jaman saya kecil sudah ada Chitato. Tapi saya tidak boleh makan chiki oleh ayah. Akhirnya saya suka sembunyi-sembunyi ketika makan Chitato. Biasanya saya akan ke pasar (dulu belum ada minimarket, yang ada warung. Di warung tidak ada yang jual Chitato jadi saya harus ke pasar) lalu makan Chitato di sekolah – tanpa ayah saya tahu.
10.Waktu SMP saya sering disuruh ibu ke pasar. Pegang uang Rp.5000 saya sudah bisa membeli ayam setengah, sayur mayur, telur, ikan dan bumbu dapur. Bayangkan sekarang duit 5000 bisa beli apa yaaa? 😀
Wah kalau mau diceritain kenangan masa kecil saya itu banyaaak. Teman-teman pasti juga gitu kan ya, masa kecilnya penuh dengan cerita. Tapi itu saja yang bisa saya ceritakan kali ini, kalau enggak tulisan ini sampek besok juga ga selesai nulisnya hihihi.
Nah, kalau teman-teman apa nih kenangan masa kecil yang paling berkesan? 🙂
2 Komentar. Leave new
Nelpon ke telepon rumah, yg ngangkat bokapnya langsung gagap hahahaa.
Wakakaka panas dingin XD